Cerita Siang itu di Museum

not

Saya masing ingat ketika saya sedang dalam proses perancangan bangunan museum. Kebetulan waktu itu lokasi bangunan yang akan saya rancang berada di Kemayoran. Setelah membaca berbagai refrensi sejarah tentang daerah Kemayoran, saya baru tahu saat itu bahwa bandara pertama Indonesia terletak di Kemayoran. Terinspirasi dari hal tersebut timbullah ide saya untuk membuat bangunan museum penerbangan di daerah Kemayoran sebagai objek wisata.

Waktu itu saya pusing memikirkan denah dan bentuk bangunan untuk Museum, karena jujur saja saya termasuk yang jarang ke museum. Selama saya ngekos di Depok untuk kuliah, saya juga jarang liat museum disana, kalau jalan-jalan lebih banyak saya habiskan ke Mall sama teman-teman kuliah. Sampai saat itu saya disuruh riset berkunjung ke salah satu museum oleh dosen pembimbing saya, barulah saya izin sehari untuk berkunjung ke Museum.

Saya mengajak salah satu senior saya yang masih satu kos dengan saya untuk pergi ke museum, sekalian jalan-jalan menemani saya. Kebetulan besoknya senior saya itu tidak ada kelas, maka kami berangkat agak siang menuju Museum ABRI Satria Mandala & Mako Pusjarah TNI. Museum ini termasuk nyaman sih karena ruangannya full AC dan hari itu sedang sepi pengunjung, meski saya sempat berpapasan dengan rombongan anak TK yang sudah pada mau pulang hehehe.

Denah bangunan Museum itu unik, alurnya mengikuti tahun dan peristiwa berurut jadi kita harus mengikuti lorong demi lorong untuk sampai ke luar bangunan. Secara tidak langsung kita sebenarnya di paksa untuk mengikuti alur peristiwa sejarah yang di tampilkan. Beberapa lorong menggunakan maket miniatur tempat dan manusia untuk menceritakan berbagai peristiwa yang menurut saya lebih menarik dibandingkan kita hanya membaca kisah sejarah dari tulisan saja.

Saya lumayan senang karena miniatur yang disajikan menarik perhatian saya, tiap lorong pun full AC jadi ga takut akan gerah atau panas diruangan tertutup. Senior saya, Kak Punny juga tampak asik menikmati miniatur dan pajangan yang disajikan. Sampai diujung bangunan kami juga melihat-lihat pameran outdoor. Pameran outdoor lebih ditujukan untuk menonjolkan senjata perang besar dan juga transportasi perang seperti tank atau pesawat tempur kecil.

Ada satu ucapan senior saya yang sampai sekarang masih membekas di hati saya ketika kami sedang ke museum. Saat itu kami sedang berada di lorong yang menceritakan perjuangan para pahlawan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. “Aku jadi sedih ngeliat perjuangan pahlawan dulu Mon. Mereka sampai habis-habisan demi mempertahankan NKRI, aku yang hidup di fase meneruskan kemerdakaan malah gini-gini aja, aku mikir sumbangsihku apa selama ini untuk ngisi kemerdekaan”. Terus saya hanya terdiam, ibarat kayak keselek sesuatu di tenggorokan.

Ketika saya renungkan lagi di masa sekarang, saya juga belum ada sumbangsih apa-apa untuk negara ini. Ketika saya kerja dulu, saya ga ada pikiran tuh bangun negara bla bla bla, boro-boro bangun negara, hidup dengan gaji yang cukup aja udah Puji Tuhan banget.

“Aku jadi sedih ngeliat perjuangan pahlawan dulu Mon. Mereka sampai habis-habisan demi mempertahankan NKRI, aku yang hidup di fase meneruskan kemerdakaan malah gini-gini aja, aku mikir sumbangsihku apa selama ini untuk ngisi kemerdekaan”

Waktu saya masih kecil dan ikut study tour ke museum saya ga segitunya berpikir tentang capeknya pahlawan mempertahankan negara ini, yaiyalah namanya masih kecil, senengnya karena jalan-jalan dan ga ada pelajaran hari itu hehehe. Ketika sudah dewasa dan pergi ke museum lagi, ntah mengapa maknanya lebih berbeda. Fase kita hidup sekarang mungkin lebih nyaman dibandingkan ketika jaman para pahlawan dulu, tiap hari harus deg-degan karena tiap saat pun keadaan bisa perang, belum lagi ada anggota keluarga yang terbunuh di medan perang, kalau saya bayangin hidup jaman itu pasti ngeri banget apalagi sebagai perempuan ya, bisa aja ketangkep dan dijadiin budak seks, duhh serem banget deh pokoknya.

Kalau saya bilang kondisi sekarang nyaman bagi negara ini nyatanya gak juga, buktinya pemimpin-pemimpin kita punya banyak kerjaan untuk memajukan negara ini. Kalo Indonesia dibandingkan negara lain macam Singapura ya bedalahh, tetangga sono sudah lebih maju dibanding kita, perkara buang sampah aja masyarakat kita masih harus diingatkan.

Pahlawan jaman sekarang pun mungkin sudah beda versinya dibanding ketika jaman dulu. Beberapa orang punya makna masing-masing untuk sosok yang menjadi pahlawan bagi hidup mereka. Bagi saya pribadi, pahlawan dalam hidup saya tentu saja orang tua saya, guru-guru yang murah ilmu dan murah sabar mengajari saya dulu, dan juga senior-senior atau mungkin atasan yang sudah memberikan ilmunya kepada saya. Intinya semua orang punya pahlawannya masing-masing.

Peristiwa ke musem saat itu jadi momen penyadaran bagi saya. Saya udah nyumbang apa aja ya untuk negara ini? Meskipun saat ini saya hanyalah seorang penulis blog. Sudahkah blog saya menampilkan info yang baik dan bermamfaat bagi yang membacanya? Hal ini cukup jadi perenungan bagi saya sendiri. Terkadang jika saya nanya ke diri saya tentang apa yang saya lakukan bagi negara ini, saya jadi ciut semangat, karena toh pemimpin kita sekarang yang sudah capek membangun negara aja masih dicemooh dan dicibir rakyatnya sendiri, apalagi yang kayak sayaa coba, apalaahh diri ini ahahaha. Saya yakin semua orang punya bagian masing-masing, bukan seberapa wah dan besarnya bagian itu yang penting, namun seberapa maunya kita menjalani bagian kita dalam membangun negara ini. Nyatanya seorang ibu rumah tangga yang capek ngurus dan mendidik anaknya pun termasuk dalam membangun bangsa, yaitu mendidik generasi penerus yang baik untuk masa depan.

Saya yakin semua orang punya bagian masing-masing, bukan seberapa wah dan besarnya bagian itu yang penting, namun seberapa maunya kita menjalani bagian kita dalam membangun negara ini

Setelah dewasa saya baru mengerti mengapa Bapak Negara kita Soekarno pernah mengatakan “Jangan Sekali-kali meninggalkan Sejarah”. Saya ngerti sih masa lalu biarlah masa lalu *jangankauungkitjanganingatkanaku *malahnyanyilagudangdut. Masa lalu jadi pengingat bagi kita bahwa yang dulu jangan sampai terjadi lagi sekarang. Masa lalu juga jadi pelajaran “gini lhoo dulu pendahulu kita berjuang untuk kesatuan negara, masa sekarang kamu mau ngadu domba dan KKN untuk menghancurkannya”. Tulisan ini bukan untuk ngomentarin situasi politik negara lhoo yaa, saya mana ngerti hal begituan ahahaha. Selamat Hari Pahlawan! Mari lanjutkan membangun negara ini!

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno

10 thoughts on “Cerita Siang itu di Museum”

    1. Sama intan, aku juga mikir gitu sumbangsihku apa ya hehehe cuma dari hal terkecil aja kita sebenarnya udah sumbangsih mulai dari ga buang sampah sembarangan sampai beli produk lokal indo termasuk sumbangsih tan, kecil tapi berarti. Pastilah kita punya bagian yang kita sumbangkan ke bangsa ini cuma mungkin ga se-wah yang orang lain lakukan. Kita pasti punya bagian kita masing-masing tan :).

    1. ini ga nyindir mbak Dew..heheheh..sama banget aku dulu masih kecil mah mana inget pahlawan, pas udah dewasa baru mulai mikir, iya juga ya capek banget dulu pahlawan2 kita bikin negara ini merdeka. Thanks udah mampirr mbak Deww 😀

    1. Iya mbak..sama aku juga mikir :)..tapi kita pasti punya bagian masing2 sebagai sumbangsih untuk negara ini meski terihat kecil hehehe

    1. iyaaa..banyak fakta jaman dulu yang ga kita tahu yaa hehehe. Iya kayaknya jarang deh museum buka sabtu minggu kalaupun sabtu buka seringnya cuma setengah hari. thanks for visit mbak Manda 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *