Daily Journal : Taking a New Step

SAM_5418

Bulan lalu adik saya mengungkapkan keinginannya untuk belajar bahasa Inggris lagi. Saya sempat menyarankannya untuk pergi ke sebuah tempat les Inggris yang pernah saya datangi, karena memang waktu itu saya tertarik untuk daftar. Saya tertarik dengan jadwal fleksibel yang di sediakan oleh tempat les tersebut. Tempat les tersebut memang di tujukan bagi para karyawan dan orang dewasa yang jadwalnya kurang menentu ketika berada di dunia kerja. Bagi para pekerja tetap maupun yang freelance seperti saya, jadwal les yang fleksibel tentu jadi keuntungan tersendiri. Jam pekerja kantor memang bisa berubah sewaktu-waktu karena lembur. Bagi pekerja freelance, jadwal memang terasa lebih fleksibel, namun tetap saja ada kendala lain seperti klien yang mendadak memindahkan hari untuk meeting dan job yang datang secara mendadak. 

Awalnya adik saya yang semangat banget untuk ikut les karena adik saya menyenangi bahasa Inggris dan bahasa ini sangat dibutuhkan di area pekerjaannya sekarang. Saya sebenarnya waktu itu ga terlalu tertarik untuk ikut les lagi, malah saya lagi mikirin banget mau les private make up. Setelah saya pikir-pikir lagi, bahasa Inggris bisa jadi modal dalam segala bidang termasuk juga memudahkan saya jika mau melanjutkan sekolah S2 di luar negri. Saya juga sudah lama tidak berada dalam situasi bekerja atau belajar secara kelompok, karena selama ini pekerjaan yang saya ambil lebih membuat saya bekerja sendirian. Kondisi usaha ilustrasi saya dengan teman juga lebih banyak mengutamakan komunikasi via email atau wa karena kebetulan teman saya lagi sibuk dengan pekerjaan kantornya.

Pertama kali saya memutuskan untuk bekerja sendiri memang saya sempat merasakan kesepian. Hal ini saya rasakan karena perpindahan pekerjaan dari yang kerja kantoran ke fase freelance. Saya akui kerja bersama orang lain apalagi dalam jumlah yang cukup banyak, sangat rentan dengan konflik mau dari segi pekerjaan atau segi kepribadian. Karena saya juga punya pengalaman tidak terlalu menyenangkan ketika berada di suatu kelompok pertemanan, saya kadang suka skeptis dengan lingkungan baru. Saya jadi was-was dan perlu waktu yang lebih lama untuk beradaptasi. Saya merasa memang lebih bijak untuk pelan-pelan mengenali seseorang atau ketika berada di sebuah komunitas daripada langsung membuka diri secara terang-terangan.

Setelah melakukan banyak pertimbangan, saya memutuskan untuk ikut mendaftarkan diri ke tempat les tersebut. Menurut saya ga ada salahnya menambah ilmu bahasa Inggris yang sudah lama saya lupakan. Apalagi bahasa itu dibutuhkan untuk berbagai bidang pekerjaan. Saya juga merasa perlu lingkungan yang mendukung untuk belajar, karena jujur belajar di rumah kurang kondusif bagi saya.

“Kenapa ga belajar sendiri aja?”

“Kan bisa beli buku materi Inggris untuk belajar sendiri?”

“Sayang dong uangnya emang dulu ga belajar bahasa Inggris?”

Salah satu ungkapan di atas sempat terucap oleh ayah saya yang sempat skeptis dengar saya mau les bahasa Inggris lagi. Saya tetap kekeh waktu itu ingin mengambil les bahasa. Bisa sih sebenarnya kita belajar bahasa sendiri, namun belum tentu kita bisa tahu salah kita yang mana sepenuhnya. Saya juga ga menghakimi orang yang merasa lebih suka belajar sendiri dibandingkan harus les. Semua orang punya kebutuhan yang berbeda menurut saya. Bila itu baik bagi orang lain belum tentu hal itu baik bagi saya. Jika kamu bisa lancar berbahasa Inggris dengan belajar sendiri, Good for you, not for me!

Hal yang saya paling suka dari tempat les ini ialah saya di tanya goal saya ke depan yang terkait dengan alasan saya untuk belajar bahasa Inggris. Pertanyaan ini juga bertujuan agar pembimbing les mengarahkan dan membimbing sesuai goal masing-masing bukannya untuk ber-kompetisi supaya lebih pintar menggunakan bahasa Inggris. Saya juga diberikan homework secara online seusai level saya sehingga pembimbing bisa mengetahui progress saya selama belajar.

Semakin dewasa semakin jelas bagi saya bahwa apa yang saya lakukan itu bukan untuk ber-kompetisi lagi karena goal hidup setiap orang berbeda-beda. Kompetisi menurut saya bertujuan untuk mengasah kemampuan kita lebih baik dari sebelum-sebelumnya, bukan hanya untuk lebih baik dari orang lain saja. Bahkan dulu saya sempat ga nyaman dengan sistem pendidikan sekolah di Indonesia yang terlalu kaku dengan sistem pembelajaran satu arah. Saya sendiri ga heran kenapa bimbingan belajar lebih laris karena memang fokusnya jelas membantu anak yang belum bisa menjadi bisa. Sistem belajar pun lebih di modifikasi sesuai kebutuhan anak. Sejauh pengalaman saya, guru bimbel lebih kreatif membawakan sebuah materi pelajaran. Saya ga bilang sistem pendidikan Indonesia sepenuhnya jelek lhoo, hanya saja memang kita perlu banyak berpikir lagi tentang sistem pendidikan yang baik bagi anak-anak, mengingat kemampuan setiap anak berbeda.

Pertama kali saya masuk ke tempat les, tentu ada perasaan takut yang timbul. Saya bahkan sampai berpikir apakah saya bisa nyaman dan cocok dengan lingkungannya. Ternyata ketakutan saya tidak sepenuhnya terbukti malah saya jadi rajin ikut kelas dan datang ke tempat les. Saya menemukan teman-teman baru yang bisa saya ajak diskusi tentang bahasa Inggris, karir, dan hidup. Saya bahkan pernah cerita tentang kebingungan saya akan karir yang akan saya pilih dengan Student Consultant yang saya kenal. Saya juga jadi bisa melihat dari sudut pandang lain karena orang yang saya temui bermacam-macam.

Setelah beberapa kali ikut kelas, minggu lalu saya memberitahukan kabar saya kepada psikolog kenalan saya. Saya bilang bahwa saya mengambil langkah les Bahasa Inggris untuk membiasakan diri saya berada di lingkungan baru, padahal dulu saya ogah beradaptasi dengan lingkungan baru. Saya lebih banyak memilih pekerjaan yang bisa saya lakukan sendiri. Psikolog kenalan saya langsung senang mendengar kabar saya. Beliau senang karena saya berani mengambil langkah berbeda setelah selama ini saya mengungkung diri saya sendiri. Saya juga bilang bahwa saya mulai membiasakan diri berada di lingkungan baru serta bersyukur bahwa lingkungan tempat les saya aura-nya lebih positif dan kondusif.

Bagi beberapa orang mungkin perkara mengambil les Bahasa Inggris merupakan perkara yang sepele, namun tidak bagi saya yang sempat mengalami social anxiety. Hal ini pekerjaan yang extra bagi saya. Saya harus mendorong diri saya keluar dari pemikiran buruk saya sendiri. Saya bahkan pernah mengalami masa dimana saya ga mau ketemu dengan orang-orang atau menutup diri saya sangat rapat. Saya bersyukur masa itu boleh lewat perlahan-lahan, meski jujur saya masih was-was kalau berkenalan dengan orang baru. Saya harap penderita anxiety bisa tetap mengambil langkah kecil untuk keluar dari pemikiran mereka.

Baru beberapa minggu berlalu sejak saya belajar bahasa Inggris, badan saya langsung kena flu. Saya memang terlalu tancap gas di awal yaitu langsung mengambil banyak jadwal kelas sampai malam. Badan saya masih belum terbiasa untuk pulang pergi dengan rute Bekasi-Jakarta karena sudah lama tidak ada kegiatan sangat rutin yang saya lakukan setiap hari. Banyak hal lucu juga terjadi selama saya berada di tempat les, mulai dari pelajar lain yang frontal menanyakan saya sudah punya pacar apa belum sampai kejadian saya di kira anak SMA ahahahhaa. Intinya saya lagi senang-senangnya belajar bahasa Inggris lagi. Semoga blog post kali ini menginspirasi pembaca untuk tetap belajar hal baru atau lama yang sudah lama ingin dipelajari. Adakah yang sudah mengambil langkah untuk belajar tentang sesuatu hal? Kamu bisa sharing tentang cerita-mu di kolom komentar. See you on my next post readers!

NOTE

This is NOT a Sponsored Post. All things that are written in this blog post are my own opinions and my honest experience. Do not copy my blog or my photos, if you want to use my blog or my photos please ask my permission by email and credit the copy page or image back to my blog.

3 thoughts on “Daily Journal : Taking a New Step”

  1. Saya malah ingin belajar Chinese Painting tuh. Kayaknya menarik bisa melukis dengan cat air, mungkin sulit, tapi sekaligus asyik… 🙂

    1. Halo mbak Hani! waaa chinesee painting asik kayaknya mbak Han..sekalian cari workshopnya mana tau ada yang adakan di deket rumah 🙂

  2. Taking New Step.
    Jadi ada pandangan nih kak.
    Mau ambil langkah baru , daripada buang waktu lebih lama mau belajar mengasah kemampuan ku.
    Selama ini ngerasa kemampuan yg di miliki masih standard banget. Belum terlihat skill yg paling dominan yg bisa aku tunjukan ke orang tua. Ingin lebih mengenal apa sih yg benar2 kemampuan ku. ❤

    Ig : @wasilatul_fatichah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *