HAPPY INTERNATIONAL WOMAN’S DAY!

woman

Ketika saya tahu bahwa hari ini adalah hari wanita internasional saya tertarik untuk menuliskan sebuah post khusus tentang wanita. Saya menulis bukan hanya karena saya seorang wanita tetapi karena begitu banyak pergumulan di pikiran saya dan di benak saya sejak saya besar sebagai seorang wanita dan bagaimana budaya Timur, lingkungan keluarga saya yang bisa dibilang masih agak kental dengan ke sukuannya, dan juga mungkin apa yang terjadi di masyrakat telah menjadi perdebatan di dalam pemikiran saya sampai sekarang. Bagaimana sebagai seorang wanita, saya merasa ada kerangkeng-kerangkeng yang tidak terlihat mata namun membuat batas di dalam hidup saya ataupun di wanita-wanita lainnya. Saya share sebuah video yang menginspirasi saya tentang feminisme dan apakah sebenarnya feminisme itu serta kaitannya terhadap seorang wanita, dan pandangan masyarakat selama ini.

Video yang saya share durasinya lumayan panjang, hehehe, jadi saya hanya akan membagikan poin-poin yang saya anggap penting dan merupakan garis besar dari ceramah yang ada di video tersebut.

Pandangan yang salah selama ini tentang feminisme

Selama ini feminisme dianggap sebagai pandangan radikal yang mengutamakan hak-hak wanita yang masyarakat duga sebagai pandangan kebencian dari wanita terhadap kaum pria dan yang lainnya karena adanya perbedaan perlakuan akibat gender.

Perbedaan pandangan society tentang belum menikahnya seorang pria dan wanita

 A woman at a certain age who is unmarried, our society teaches her to see it as a deep, personal failure. And a man at a certain age who is unmarried we just think he hasn’t come around to making his pick.

Saya yakin untuk wanita menikah dan punya anak adalah sebuah kebaikan dan membawa kebahagiaan tersendiri tetapi apakah dengan siapa dia menikah juga tidak sama pentingnya? bukankah kesiapan hati dan batin wanita juga sama pentingnya dari pada sekedar “sudah berumur untuk menikah” ? Saya sempat mengamati tekanan yang ditujukan society ke pria lebih berbeda, seolah olah mereka memang tidak perlu dibebani dengan pertanyaan ini dengan alasan “toh mereka bisa nikah tua“. Seolah olah perkara nikah adalah penting dan darurat untuk kaum wanita tetapi tidak untuk ke kaum pria.

Perbedaan yang terjadi ketika sudah menikah, wanita lebih banyak berkorban

We’re all social beings, we internalize ideas from our socialization, even the language we use in talking about marriage and relationships illustrates this. The languange of marriage is often the language of ownership rather that the language of partnership. We use the word “respect” to mean something a woman shows a man but often not something a man shows a woman.

Both man and woman in Nigeria will say this is an expression I’m very amused by “I did it for peace in my marriage.” Now when man say it, it is usually about something that they should not be doing anyway. It’s something to say to their friends in a kind of fondly exasperated way, you know something that proves how masculine they are, how needed, how love, “oh my wife said I can’t go to club every night, so for peace in my marriage , i do it only in weekends. Now when a woman says, “I did it for peace in my marriage she’s usually talking about having giving up job, a dream, a career. We teach females that in relationships, compromise i what women do. We raise girls to see each other as competitors not for job or accomplishments which I think could be a good thing, but for attention of men.

Saya sempat membahas perihal kaum pria dan wanita ketika keduanya sudah menjadi suami istri ataupun orang tua dengan nenek saya. Nenek saya juga mengatakan lebih banyak kaum pria masa bodo urusan rumah tangga dan urusan mengurus anak serta lebih memberikan semua beban tersebut terhadap istrinya meski tidak semua. Saya yakin peran seorang bapak bukanlah hanya menafkahi tetapi bagaimana juga sebagai partner mengurus rumah tangga dan anak secara bergantian. Saya yakin pergumulan setiap wanita karir ketika menikah dan punya anak adalah bisakah mereka menggapai mimpi mereka lagi apalagi dalam dunia karir. Sebagai istri dan seorang ibu pastilah akan ada pilihan dan pergobanan yang dilakukan karena kita tidak lagi berpikir hanya untuk diri kita dan ambisi kita. Tetapi apakah suami hanya memaklumi dan tidak menanyakan mimpi-mimpi lain yang ingin diwujudkan istrinya? 🙂

Pandangan society tentang kekudusan (keperawanan/keperjakaan) yang berbeda antara pria dan wanita

We police girls, we praise for girls virginity but we don’t praise boys for virginity. And it’s always made me wonder how exactly this is supposed to work out.

Saya sempat menonton berita tentang pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur di sebuah sekolah ber-standard international dan saya kaget ternyata yang menjadi korban adalah seorang anak laki-laki dan setelah kejadian tersebut anak yang menjadi korban menderita gangguan psikis karena trauma. Sejak saat itu saya mulai berubah pikiran tentang keperjakaan dan keperawaan baik dari laki-laki atau perempuan. Keduanya sama, sama-sama penting dan harus di hargai. Jangan memberikan kesan bangga terhadap pria yang sudah tidak perjaka dan justru menghakimi wanita yang sudah tidak perawan. Kita harus lebih mengajarkan pria untuk menghargai keperjakaannya sama seperti mengajarkan wanita untuk menghargai keperawanannya.

Pandangan society ketika kejahatan pemerkosaan terjadi terkadang tetap menyalahkan wanita.  

Recently a young woman was gang raped in a University in Nigeria, I think some of us know about that. And the response of many young Nigerians, both male and femal, was something along the lines of this, “yes rape is wrong, but what is a girl doing in a room with four boys?”. Now if we can forget, the horrible inhumanity of that response, these Nigerian have been raised to think of women as inherently guilty and have been raised to expect so little of men that the idea of men as savage beings without any control is somehow acceptable. We teach girl shame, “close your leg”, “cover yourself”. We make them feel as though by being born female they’re already guilty of something.

Saya sempat kaget ketika melihat postingan foto demo masyarakat di india pasca kejadian wanita yang diperkosa ramai-ramai oleh sekelompok pria di bus. Sebuah posting tulisan dari seorang pendemo menarik perhatian saya yang bertuliskan WE NEED TO TEACH MAN NOT TO RAPE RATHER THAN TEACH WOMAN HOW TO NOT GET RAPE. Saya setuju dengan pernyataan tersebut, berapa banyak dari keluarga atau lingkungan yang mengajarkan pria untuk menghargai wanita, mengendalikan nafsu mereka dan tidak memperkosa wanita? Berapa banyak kaum pria yang berani bertindak menegur atau pun menolong wanita yang sedang dilecehkan di depan matanya?

Society yang beranggapan “seharusnya” dalam gender daripada menitikberatkan kepada siapa sebenarnya diri kita

 The problem with gender is that prescribes how we should be rather than recognizing how we are.

Seorang wanita bukanlah hanya sekedar seorang wanita, mereka bisa jadi berprofesi dokter, arsitek, guru, dan sebagainya. Mereka punya mimpi yang sama dengan kaum pria, profesi yang sama dengan kebanyakan kaum pria. Menjadi seorang wanita bukanlah berarti mereka harus membatasi mimpi mereka di bawah kaum pria.

Budaya tidak seharusnya membuat manusia, manusialah yang membuat budaya

Some people will say that a woman being subordinate to a man is our culture. But culture is contstantly changing. I have beautiful twin nieces who are fifteen and live in Lagos, if they had been born a hundred years ago they would have taken away and killed because it was our culture to kill twins. So what is the point of culture? I mean the decorative, the dancing, but also culture really is about preservation and continuity of a people.

Culture does not make people, people make culture. So if it’s in fact true that the full humanity of women is not our culture, then we must make it our culture.

Feminisme adalah untuk semua orang baik pria dan wanita. Pria pun harus mempunyai sikap feminisme dan menghargai wanita untuk memperbaiki permasalahan gender. Feminisme adalah untuk semua orang.

My own definition of feminist is ; a feminist is a man and woman who say “yes, there’s a problem with gender as it is today, and we must fix it. We must do better.”

Sebagai seorang wanita yang hidup ditengah-tengah budaya Timur dan di lingkungan keluarga yang masih mengenal adat, saya pun merasakan dimana adat terkadang mengekang manusia, apakah adat yang mengatur kita atau kitalah yang mengatur adat? Hal yang juga sangat saya soroti adalah tekanan lingkungan pada wanita dan pria yang belum menikah lebih berat di wanita seolah-olah mereka harus menikah karena semua wanita lain menikah dan bukan karena kesiapan atau mungkin pilihan hati dari wanita itu sendiri. Belum lagi dengan masalah pelecehan seksual bagi wanita, wanita cenderung diam dan takut untuk mengungkapkan pelecehan seksual dan apakah wanita lain/pria lain yang berada disamping korban dan melihat kejadian pelecehan tersebut juga bertindak. Kebanyakan hanya diam, dan merasa tidak mau ikut campur.

Saya terkadang bertanya apa yang salah dengan semua ini, ternyata memang masyarakatlah yang tanpa sadar turun temurun mewariskan pandangan-pandangan salah selama ini. Apakah lantas hanya wanita yang harus menjadi feminisme untuk mendongkrak pemikiran ini, ternyata bukan, pria pun harus memiliki pandangan ini. Feminisme adalah untuk semua orang tanpa terkecuali. We just have to start teach both girl and boy about this feminism.

Selain femisime, saya ingin share sebuah video motivasi untuk wanita dimana video ini merupakan bentuk dukungan kepada wanita untuk terus bermimpi #OneDayIWill

Video berikutnya merupakan video dari artis-artis khususnya artis wanita ketika ditanya apa yang mereka ingin sampaikan untuk wanita di luar sana. Setelah saya menonton video ini saya cukup terkejut dengan betapa real-nya para artis Hollywood ini memberikan nasehat untuk generasi muda perempuan ditengah-tengah gemerlap dunia Hollywood dengan kecantikan dan popularitas. Pesan dari para artis ini lebih banyak tentang mengejar mimpi, menghargai dan mencinta kekurangan kita, jangan pernah membiarkan society mendefinisikan siapa diri kita dan sebagainya.

Berikut ini adalah pesan dari red carpet yang jadi favorite saya 🙂

w1

“Do not live someone else’s life and someone else’s idea of what womanhood is. womanhood is you. womanhood is everything that inside you”-Viola Davis

w2

“Be absolutely who you are and be stick to your instinct and your guts..and don’t try and be like other people” -Felicity Jones

w5

“And don’t take the Nike campaigns and the Victoria’s Secret campaigns and think you need a bigger boobs or better butt or you need a tighter ab or whatever else. Be happy with who you are and love your insecurities beacuse when you grow up, I think that’s what’s make you you, it’s gonna differentiate you from group.” -Chloe Grace Moretz

w4

“Be so good they can’t ignore you. keep to your morals, see through your integrity, and don’t stop fighting because ultimately for any dream, for any goal it takes a lifetime and what wouldn’t you wanna give it that? it’s not a race, it’s a journey, and enjoy the journey”  – Gina Rodriguez

Semoga video yang saya share bisa memotivasi :). Selamat hari wanita internasional untuk para wanita di luar sana! Terus berkarya dan terus mewujudkan mimpi-mimpi yang ingin di capai! Remember that you are worth it, strong enough, beautiful enough, and smart enough 🙂

“I love to see young girl go out and grab the world by the lapels. Life’s bitch. You’ve got to go out and kick ass.”

-Maya Angelou

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *