Live in the Moment

photo by maria from unsplash.com
photo by maria from unsplash.com

Semakin menjelang akhir tahun sebenarnya saya semakin takut. Saya tuh sebenarnya takut dengan yang namanya perubahan dan ntah kenapa saya lebih gampang cemas ketika saya semakin mendekati perubahan tersebut. Saya baru sadar bahwa waktu cepat banget berlalu, hanya sebentar lagi kita akan mengakhiri tahun ini. Saya juga sadar ga banyak yang saya lakukan di tahun ini, harus saya akui justru lebih banyak ketakutannya.

Di tahun-tahun sebelumnya, saya lebih excited menyambut pergantian tahun, karena di bulan Desember saya merayakan dua hari penting, yaitu ulang tahun saya dan natal. Ntah mengapa sekarang saya malah takut menghadapi bulan-bulan terakhir pergantian tahun ini. Mungkin ada sisi ketidakpuasan dalam hidup di tahun ini sehingga saya lebih cenderung tidak excited lagi. Tahun ini pun jadi salah satu pergumulan berat saya yang tidak bisa saya ceritakan di blog ini.

Ada banyak perubahan memang di tahun ini khususnya ketika saya lebih banyak menjalani aktivitas sebagai blogger. Selama saya aktif di komunitas blogger dan ikut event, banyak ilmu dan barang yang saya dapat. Saya juga sudah berani ikut lomba artikel di tahun ini yang menurut saya salah satu kemajuan, mengingat saya cukup malas ikut lomba. Saya juga tidak terlalu pusing dengan masalah skin care dan make up karena kebutuhan saya lebih tercukupi, malah saya jadi mengurangi membeli make up dan skincare karena persediaannya masih banyak. Penawaran-penawaran kerja sama juga sudah mulai muncul di email saya meski dalam jumlah yang bisa dibilang sedikit.

Photo by sunset girl from unsplash.com
Photo by sunset girl from unsplash.com

Fokus dan Ambisi serta banyaknya pelarian

Waktu dulu saya punya banyak fokus, khususnya dalam hubungan asmara saya ingin serius dan awet sampai saya menikah, ibaratnya saya bukan tipe tebar jala, ya sekali saya sreg ya cuma sama satu orang itu aja bukan sama beberapa ikan yang tertangkap di jala hehehe, maklum saya mungkin tipe tradisional yang memancing ikan di laut dengan pancing biasa *jadiberasapromosi. Makanya saya sebenarnya rada bingung sama orang yang cepat banget gonta ganti pacar bahkan yang sampai ngeduain atau bahkan mentigakan orang ketika pacaran. Saya sampai mikir itu gmana rasanya ya suka sama orang sekali banyak begitu. Kalo kata partner kerja saya sih mungkin definisi cinta mereka berbeda, pas kalimat ini keluar dari mulut K (partner kerja), sejenak saya baru sadar bahwa yang jomblo itu memang lebih bijak ahahahha*aseekkk *karenacobaanhidupnyalebihbanyak.

Namun ketika impian saya dalam relationship itu gagal, saya cenderung berganti fokus kepada karir dan pekerjaan. Saya sempat mengalami masa frustasi dengan bekerja terus-terusan, kelihatannya sih rajin tapi sebenarnya itu adalah pelarian saya dari rasa frustasi saya selama ini, work until you’ll no longer feel anyhting. Saya ga sadar bahwa itu salah satu cara pelampiasan yang ternyata menyiksa diri saya sendiri. Saya ingin fokus saja dalam karir, seengaknya karir saya berhasil diatas kegagalan-kegagalan saya yang lain. Sampai akhirnya saya pun jatuh sakit.

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6 : 25-34)

Setelah saya menjadi Blogger, fokus saya juga berubah, saya ingin seperti ini itu ini ya sama aja sih saya sempat ingin jadi wanita ambisius lagi dengan target dan impian-impian saya yang dulu banyak gagal. Saya juga excited ikut event dari berbagai komunitas untuk nambah ilmu dan melatih diri saya untuk lebih pede lagi. Tanpa saya sadari sebagai beauty and lifestyle blogger, saya rentan terjebak dalam fokus hidup yang berorientasi pada barang, I know it’s easy to maintain stuff than to maintain a relationship or people. Saya juga mengurangi waktu saya berinteraksi dengan orang-orang, saya ga mau lagi dikit-dikit curhat, dikit-dikit bergantung sama orang lain, saya ga mau di cap needy atau di cap ga bisa apa-apa. That’s why I end up focus on stuff rather build relationship with people. Sampai akhirnya karena sempat capek ikut banyak event, saya jadi pilih-pilih jadwal event supaya saya juga punya me time dan waktu dengan keluarga serta sahabat-sahabat saya. Efek buruknya ketika fokus saya lebih ke pada barang ntah mengapa saya juga lebih cepat bosan dan merasa sepi. Saya sadar sih apapun fokus kita sebagai manusia kita ga akan pernah puas.

Dengan begitu banyaknya fokus yang berganti-ganti, saya sampai di titik dimana saya sendiri nanya sama diri saya “sebenarnya value saya itu apa sih?” karena selama ini saya lebih banyak merasa gagal baik dalam karir, dalam hubungan dan dalam apa pun yang saya kerjakan. Sampai akhirnya saya saya sadar bahwa value saya tidak bergantung dari prestasi, relationship dan barang. Saya berpikir seolah-olah ketika saya mencapai sesuatu saya barulah mempunyai value, lalu apakah ketika saya gagal kemudian saya ga punya value lagi? Capek dong kalo kita beranggapan kita baru mempunyai nilai jika kita berprestasi. Bisa dibilang pemikiran saya ini ada pengaruhnya dengan didikan orang tua saya dulu. Kalau saya ga berprestasi ya orang tua saya ga akan bangga dan memuji saya, saya ga akan dibanggakan seperti saudara saya yang lain meski segala pemikiran saya itu berubah ketika akhirnya saya mengenal Tuhan dan semakin mendalami kekristenan. Tanpa saya sadari pemikiran itu masih terbawa sampai saya tumbuh dewasa. Generasi orang tua saya mungkin generasi dimana IQ itu diagung-agungkan sehingga when you don’t have any kind of achievement that’s mean you are nothing. Saya berharap nanti saya ga menanamkan prinsip ini pada anak saya dan lebih menanamkan kebahagiaan dalam berkarya serta seni menikmati hidup.

photo by annie spratt from unsplash.com
photo by annie spratt from unsplash.com

Menghargai diri sendiri dan lebih menikmati momen

What I learn now is to live in the moment and don’t force myself to get that “bling bling” achievement. Terlalu fokus pada karir, relationship, dan barang kadang hanya menghilangkan kenikmatan pada momen hari ini dan sekarang. Kita tidak perlu seuatu hal yang hebat untuk menyatakan diri kita bernilai. Inget lho smua hal dalam hidup ini hanyalah titipan Tuhan yang sewaktu-waktu bisa Ia ambil dan hancurkan. We are valuable because we are God’s masterpiece not because of many  achievements that we got.

I praise You because I am fearfully and wonderfully made; Your works are wonderful, I know that full well. (Psalm 139 : 14 NIV)

Akhir kata, saya menulis ini sebagai reminder bagi saya sendiri tentunya bahwa saya tetap bernilai bahkan tanpa artribut-atribut yang orang dunia pikir hebat. Saya tidak bilang berprestasi itu ga penting namun bukan hanya karena itu saja kita menilai diri kita berharga. Di saat saya tidak punya apa-apa dan bukan siapa-siapa saya malah baru mulai mengerti nilai saya yang sebenarnya. Bahkan terlalu fokus untuk menggapai sesuatu pun menghilangkan niat saya untuk menikmati proses dan momen, seolah-olah saya menunda untuk menjadi bahagia padahal hidup untuk hari ini pun adalah sebuah anugerah.

Saya menulis ini juga untuk orang-orang yang merasa hidupnya belum berharga ketika pencapaiannya belum terpenuhi. Please don’t postpone your happiness, live in the moment, live in now. Hidup bukan hanya tentang hal-hal besar, namun hal-hal kecil pun bagian dari hidup yang harus kita nikmati dan syukuri. Saya juga berharap tahun depan ada harapan-harapan baru dan juga keberanian baru bagi saya untuk melangkah lagi tanpa lupa untuk menikmati hidup. Saya juga berharap supaya tahun depan saya lebih tahu mau kemana dan menikmati setiap perjalanannya. See you on my next post readers!

“Live Today! Do not allow your spirit to be softened of your happiness to be limited by a day you cannot have back or a day that does not yet exist.”― Steve Maraboli

7 thoughts on “Live in the Moment”

  1. iya, waktu cepat banget berlalu ya mbak, nggak kerasa banget. Aku juga lagi berusaha untuk nggak dikit-dikit curhat lagi sama orang mbak, sama, nggak mau di cap needy. Ayo mbak semangat buat kita!

    1. iya mbak kadang kalo dikit2 curhat takutnya kita dianggap tlalu needy ya hehehe..cuma mungkin pilah pilih temen curhat juga mbak muthi. Kalau saya sekarang lebih sering cruhat di notebook pribadi sambil coret2 gambar supaya jadi pelampiasan stres hehehe. iya ga ngerasa udah mau pergantian tahun yaa..semangat untuk kitaa 🙂

  2. Dulu saya juga termasuk orang yang mudah sekali mbak untuk menceritakan pengalaman yang belum saya capai atau curhat, tapi karena makin kesini makin dewasa jadi gak ada salahnya untuk menyelesaikan masalah sendiri tanpa melibatkan orang lain kayaknya lebih keren deh.

  3. Hai kak mona, thank you for sharing this.. Di masa quarter life crisis ini memang mudah sekali ya utk kehilangan nilai diri dan sulit menikmati hidup, terutama ketika banyak mengalami kegagalan :’) Tapi pada akhirnya diingetin lagi utk melihat betapa berharganya diri kita di mata Tuhan terlepas dari apapun yg kita miliki, dan enjoy every moment krn waktu terus berjalan dan ga akan terulang.. Krn sukses bukan hanya soal pencapaian, tapi juga pertumbuhan dan proses yg membentuk diri kita jadi pribadi yg lebih dewasa dan lebih kuat <3
    @destinymarisa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *