Saya pertama kali bertemu Mbak Lala Bohang itu ketika workshop Inkxiety yang di fasilitasi oleh Lingkaran.co. Saya ikut workshop tersebut karena tertarik dengan tema yang diangkat yaitu melepaskan emosi negatif dalam metode menggambar menggunakan tinta. Saat workshop itulah saya jatuh cinta dengan karya-karya mbak Lala dan pemikiran-pemikirannya. Metode Inkxiety masih saya terapkan sampai sekarang sebagai salah satu metode untuk melepaskan kecemasan saya dalam bentuk yang kreatif yaitu dengan menggambar.
Baca juga : My Anxiety Box and Me
Pertengahan Desember lalu saya juga mengikuti workshop mbak Lala Bohang lagi yang berlokasi di Museum Nasional atau sering disebut juga sebagai Museum Gajah. Saya memang mengambil kegiatan berbeda di weekend hari itu selain mengikuti event blogger. Memang tidak semua weekend saya habiskan dengan event dari komunitas blogger, bahkan sekarang saya lebih banyak menghabiskan weekend dengan me time, hang out dengan teman atau jalan dengan keluarga.
Kebetulan juga workshop ini sebagai salah satu rangkaian acara Festival Pembaca Indonesia yang sudah diselenggarakan tiap tahun sejak tahun 2010. Masih banyak workshop lain dengan tema berbeda yang diadakan selama sabtu dan minggu saat itu. Saya sampai merasa rugi karena telat mengetahui tentang acara ini padahal workshop lainnya tuh menarik untuk diikuti. Untungnya meski saya telat tahu tentang festival ini, saya ga telat daftar workshop “Make Your Own Book with What You Have and What You Can Do” bersama Lala Bohang karena saya dapat infonya dari akun Instagram Mbak Lala sendiri. Saya juga sudah dikirimkan konfirmasi via email oleh panitia dan disarankan untuk membawa bahan-bahan sendiri untuk buku yang akan saya buat seperti kolase, karya sendiri, alat lukis, foto dan macam-macam.
Saya naik kereta disambung gojek untuk ketempat acara hari itu. Sesampainya di Museum Nasional, saya kaget karena hari itu museum sedang ramai-ramainya dengan pengunjung. Karena saya lagi-lagi datang lebih awal, jadi saya punya banyak waktu luang sebelum jam workshop tersebut dimulai. Sembari menghabiskan waktu, saya jalan-jalan keliling museum. Hari itu juga ada les tari tradisional yang berlokasi di salah satu hall museum, jadi museum makin ramai dengan adanya alunan musik tradisional. Ternyata peserta tarinya banyak lho, mulai dari anak-anak sampai dewasa semuanya antusias belajar tari. Saya juga sempat mencari spot makan siang namun susah menemukan tempat makan di dalam museum dan disekitarnya. Karena rasa lapar yang tidak tertahankan lagi, akhirnya saya memutuskan makan makaroni panggang dan kue di sebuah cafe kecil yang terletak di pojok ruangan museum untuk mengganjal perut.
Acara workshop dimulai tepat waktu dan berlokasi di Auditorium Museum. Ruangan Auditoriumnya besar, cocok untuk menampung seminar/workshop dalam jumlah yang lumayan pesertanya. Saya sempat berkenalan dengan salah satu peserta workshop yang bernama Mbak Lia. Kami akhirnya pindah ke meja paling depan supaya bisa fokus mengikuti workshop hehehe :). Kebetulan peserta yang datang tidak seramai workshop jam sebelumnya namun bisa dikatakan cukup.
TUJUAN DARI WORKSHOP “MAKE YOUR OWN BOOK”
Apa sih sebenarnya tujuan dari workshop ini? Workshop ini bertujuan untuk membantu kita membuat sebuah buku dengan ide-ide dan karya kita sendiri dalam bentuk yang kreatif. Workshop ini juga sebagai bagian dari kampanye buku mbak Lala Bohang yang berjudul “The Book of Forbidden Feeling”. Buku tersebut berisi curhatan, pikiran, ide dan karya-karya dari Mbak Lala sendiri. The Book of Forbidden Feeling memang berbeda dari buku pada umumnya namun buku ini laris lhoo di pasaran karena banyak peminatnya.
Mengapa judulnya “The Book of Forbidden Feeling”? Ide dari buku ini sebenarnya berasal dari pengamatan Mbak Lala sendiri terhadap generasi masa kini dan perilakunya yang timbul akibat maraknya media social dan pesatnya perkembangan technology. Banyak yang keliru dengan mengkategorikan emosi yang mereka pikir negatif seperti cemas, sedih, stress, galau, dan masih banyak lagi sebagai “Forbidden Feeling” atau emosi yang tidak layak ditampilkan. Tanggapan ini semakin kuat ketika media social bermunculan. Tanpa kita sadari media social membuat kita cenderung menyimpan emosi negatif tersebut dan hanya menampilkan emosi-emosi yang dianggap positif saja ke permukaan.
Mbak Lala ingin menekankan bahwa Forbidden Feeling itu ada, bahwa kita punya dan merasakan emosi negatif tersebut hanya saja kita tidak menampilkannya ke public. Forbidden Feeling itu real dan dapat dirasakan semua orang. Mbak Lala ingin menjadikan Forbidden Feeling sebagai topik yang dia angkat ke permukaan karena segala bentuk emosi tersebut telah membentuk kita menjadi pribadi seperti sekarang.
Pembuatan “The Book of Forbidden Feeling” ini cukup memakan banyak waktu. Mbak Lala sendiri sempat pesimis kalau bukunya tidak akan laku di pasaran. Ketika ide tentang buku ini muncul, Mbak Lala justru keep everything to herself, bahkan dia ga cerita-cerita ke teman-temannya karena takut tidak siap mendengar kritikan atau tanggapan dari mereka. Mbak Lala sadar bahwa tidak semua orang bisa dalam kondisi siap mendengar dan memahami ide serta pemikiran kita, begitu juga sebaliknya kita juga belum tentu dalam kondisi siap dengan kritik, tanggapan, serta respon orang lain. Dari situ Mbak Lala belajar untuk tetap jujur kepada dirinya sendiri, tentang pemikirannya dan ide-idenya, dan tetap keeps her ideas sampai matang serta siap dikirim ke penerbit. Hasilnya buku “The Book of Forbidden Feeling” justru mendapat tanggapan yang positif dari masyarakat.
HOW TO MAKE YOUR OWN BOOK
Sebelum memulai sesi, tentunya saya dan peserta lain sudah mempersiapkan bahan-bahan yang kami bawa. Saya bawa gambar doodling-doodling yang saya buat, majalah lama, dan alat gambar lainnya. Saya juga melihat peserta lain ada yang membawa foto dan karya sendiri.
MEDITASI
Kami juga melakukan meditasi sebelum benar-benar memulai sesi workshop ini. Meditasi berguna untuk menenangkan pikiran agar pikiran kita lebih fokus. Cara meditasi cukup mudah, yaitu dengan memejamkan mata dan mencoba rileks sambil mengatur ritme pernafasan. Kita diharapkan fokus ke pengaturan nafas kita agar lebih teratur. Efek setelah melakukan meditasi memang saya lebih merasa tenang dan pikiran jadi lebih terarah dibanding sebelumnya, ketika saya pertama kali masuk ke ruang auditorium. Setelah selesai dengan meditasi, kami melanjutkan dengan langkah “Make Your Own Book with What You Have and What You Can Do”.
FIND YOUR VOICE OR IDEA
Temukan apa yang ingin kamu suarakan dan yang ingin kamu angkat ke permukaan. Ide apa yang ingin kamu ungkapkan? Apakah memori yang sangat berkesan bagimu? Perasaan-perasaan yang dipendam? Setiap orang punya idenya masing-masing ntah ingin mengungkapkan tentang impian yang belum terwujud, atau perasaan yang selama ini hanya disimpan sendiri. Pada tahap ini kita bebas untuk mengambil ide yang ingin kita munculkan karena kembali lagi buku ini buku kita sendiri lhoo bukan buku orang lain :).
FIND THE SHAPE OF YOUR OWN VOICE/IDEA
Dalam bentuk apa ide itu akan dikeluarkan? Apakah dalam bentuk kolase? apakah dalam bentuk foto koleksi pribadi? apakah dalam bentuk gambar? Apa dalam bentuk puisi? Atau dalam bentuk pesan singkat di whatsaap? Setiap peserta bebas untuk memilih bentuk visual apa yang mengungkapkan ide mereka masing-masing.
KEEP IT TO YOURSELF!
Warning! this is your personal book! You better be careful to share it! Tidak semua orang siap mendengar ide dan pemikiran-pemikiran kita, begitu juga sebaliknya tidak semua kritik dan tanggapan orang siap kita dengar. No matter what happened, appreciate your though and your idea!
STICK TO YOUR TIMELINE
Buat timeline dan jadwal apa saja yang akan kamu buat dan lakukan untuk pembuatan buku personalmu. Sediakan waktu dan tetap disiplin menuruti jadwal yang sudah dibuat.
LESS HANG OUT, EXPENSES, INTERNET
Kurangi waktu bermalas-malasan atau hal-hal yang membuat jadwal pembuatan buku tertunda.
DO IT NOW! (NOBODY CAN DO IT FOR YOU)
Jangan takut untuk memulainya, jangan tunda untuk melakukannya, mulai saja sekarang. Tidak akan ada yang bisa membuat buku tersebut kecuali dirimu karena hanya kamu yang mengerti ide-ide yang akan kamu keluarkan dalam bentuk sebuah buku.
AFTER WORKSHOP
Para peserta sudah diberikan beberapa lembar foto kopian alur outline membuat buku personal mereka sebelum workshop dimulai yaitu berupa halaman sampul depan dan belakang kosong yang harus kita isi sendiri. Kita diberi kesempatan seperti apa bentuk sampul depan dan belakang buku kita jika seandainya sudah terbit. Kami juga diberikan kertas berupa guideline untuk menjabarkan ide yang kami pilih untuk buku personal kami. I really enjoy this workshop so much!
Setelah sesi workshop selesai, para peserta bisa minta tanda tangan langsung dan foto bersama Mbak Lala Bohang di lantai bawah tempat berlangsungnya bazaar buku dari Festival Pembaca Indonesia. Kondisi Bazaar cukup ramai dengan beberapa stand yang sudah berjejer dan siap untuk dkunjungi. Ada talkshow juga yang diadakan selama bazaar tersebut berlangsung.
Saya ga menyia-nyiakan waktu untuk foto dan minta tanda tangan ke Mbak Lala Bohang. Saya juga senang karena Mbak Lala ternyata masih ingat dengan saya padahal saya ikut workshop Inxiety itu udah lumayan lama meskipun doi udah lupa nama saya hehehe. Pas dia tahu nama saya Monalisa, Mbak Lala langsung bilang “nama kamu statement banget ya”. Kalau dipikir-pikir nama saya termasuk nama yang jarang digunakan meskipun kenyataannya ya ada-ada aja pasti yang pakai, cuma setiap kali dengar nama Monalisa pasti orang langsung teringat lukisan Monalisa.
WHAT I LEARN FROM THIS WORKSHOP
I do have my own personal book after this workshop. Saya jadi sering nulis ntah itu quotes, puisi, doodling, coretan atau apapun yang mengambarkan Forbidden Feeling versi saya. Terkadang gambar, puisi, dan kata-kata tersebut hanya saya yang mengerti, tentu saja karena itu my own personal book dan my own Forbidden Feeling. Hal-hal sangat personal tentu tidak saya share ke siapa-siapa apalagi ke publik karena hal tersebut murni untuk konsumsi pribadi saya.
Menurut saya semua orang berhak punya personal book-nya untuk mengungkapkan berbagai Forbidden Feeling dalam bentuk yang kreatif. Metode ini sudah menjadi sebuah terapi kecil bagi saya. Banyak letupan-letupan pertanyaan kecil yang bermunculan di benak saya setelah melewati wokrshop ini. Kapan terakhir kali saya berdiam hanya untuk mendengarkan keinginan saya, mendengarkan isi hati saya yang paling dalam, mengekpresikan apa yang saya rasakan daripada harus berekpresi seperti apa yang lingkungan saya mau. Kapan terakhir kali saya merasa nyaman dengan pemikiran-pemikiran saya tanpa perlu saya umbar ke banyak orang dan tanpa perlu intervensi dari orang lain? Kapan terakhir kali saya merasakan semua emosi negatif dalam diri saya tanpa perlu orang lain melihat dan men-judge sesuka hati mereka? Kapan terakhir kali saya benar-benar jujur dengan diri saya?
Workshop ini membawa saya ke banyak pertanyaan yang pada akhirnya saya temukan sendiri jawabannya bahwa Forbidden Feeling itu ada, bahwa emosi negatif bukanlah sesuatu yang perlu kita acuhkan dan jauhi, bahwa jujur terhadap diri sendiri adalah yang terbaik, bahwa emosi-emosi tersebut adalah kepunyaan saya, bahwa suara saya perlu saya dengar, bahwa hidup tidaklah sesempurna media social, dan bahwa semua orang berhak untuk menuliskan bukunya sendiri :).
Special Thank to Lala Bohang dan Festival Pembaca Indonesia.
NOTE
This is NOT a Sponsored Post. All things that are written in this blog post are my own opinions and my honest experience. Do not copy my blog or my photos, if you want to use my blog or my photos please ask my permission by email and credit the copy page or image back to my blog.
Aku belajar kalau nulis buku itu ngga mudah hihihihi.. menuliskan ide yg ada dikepala kadang bikin ruwet & ya itu ngga bisa stick to the timeline 🙁 padahal pengen nyaingin suami yg udah nulis beberapa buku, ternyata sulittt.. hihihi 😀
Iya mbak San..aku juga dulu mau buat novel ehh sampe sekarang ga kelanjut2 lagi heheheh trus bingung ceritanya mau kemana ahahhaha. Biasanya prestasi itu menular ke pasangan mbak..hehehhe..tp memang sulit untuk disiplin menyelesaikan satu buku ya :). Salut sama suami mbak sandra yg udah nulis beberapa buku.
Workshopnya keren ya mba. Duuh kalau bicara buku, novel saya udah 2 tahun ini ga kelar-kelar neh. Padahal pengen banget punya buku sendiri.
Saya juga mbak Lis..awal-awal niat nerbitin novel jadi ga selesai selesai hehheehe..ayo dilanjutin mbak Lis 🙂
WS-nya keren Jadi terinspirasi utk memiliki buku sendiri mba. Tp emang kudu konsisten sih TFS
Haloo mbak April…iya konsisten itu perlu banget ya kalo ga pasti bakal ketunda tunda
Ini pelan-pelan harus diserap sambil dipraktekan.. Who knows kan ya kita bisa punya buku sendiri.. *meskipun sampe sekarang nggak kebayang mau nulis apa.. XD Nice post mbak.. 🙂
Halo Mbak Primanola..iya tipsnya oke untuk mulai rencanain bikin buku..manatau sekarang belum kebayang tapi nanti bisa muncul ide untuk buku 🙂
membaca ini membuatku kian semangat tuk menciptakan bukuku sendiri lho….. mudahan bisa tercapai menulis buku lagi yang sempat fakum bertahun2 hehehe…..
Ayoo Mbak Citraaa dilanjutkann nulis bukunyaa 😀
Wah, aku jadi tertarik sama buku Forbidden Feeling mba Lala.
Kebetulan aku dari dulu seneng obat-oret buku, menulis pikiranku mulai dari curhat gaje sampai ide2 konyol dan ternyata… Pernah ada yang baca. LoL
Setuju sama line “keep it to yourself”, karena akan selalu ada pikiran kita yg nggak bisa diterima oleh orang lain.
Thanks for sharing mba 🙂
Buku Forbidden Felling menarik sih memang, isinya tulisan dan gambar. Sama Mbak, aku juga dari dulu suka oret2 buku curhat ga jelas hehehe. Iya, memang ga semua orang siap dan bisa menerima pemikiran kita jadi memang lebih baik disimpan idenya sampai matang :)..Thanks sudah visit ke blogku 🙂
Hihi iya juga ya.. kadang aku lebih menuliskan hal hal pribadi ke buku harian. Karna cuma disitu bisa jujur sejujur jujurnya pada diri sendiri.
Kalau di blog.
Di pilih2 dulu lah mana yang bisa dijadikan konsumsi publik, mana yang tidak 😀
Aku baru ngerasain ternyata setelah dewasa tetap perlu buku curhat, biar ga banyak pikiran di kepala sekaligus me time biar bisa sejujur-jujurnya sama diri sendiri. Kalau di blog tentu dipilih pilih karena ranahnya sudah publik :)..Thanks for visit Mbak Leli