Jessica Octaviani; Sebuah Mimpi dibalik Mimpi yang Terwujud.

j2

Cukup butuh waktu yang agak lama ketika saya memutuskan untuk menuliskan artikel tentang sosok inspiratif di dalam hidup saya, karena jujur pilihannya cukup banyak. Pengertian sosok inspiratif bagi setiap orang memang sangat berbeda. Mungkin kalau saya ditanya sosok inspiratif ketika saya masih remaja dulu, jawabannya tidak jauh-jauh dari artis 90-an yang kala itu menjadi idola saya. Jawaban tersebut berubah seiring saya beranjak dewasa. Semakin lama, sosok yang saya kagumi justru adalah sosok yang berada di sekeliling kehidupan saya , bisa berarti keluarga atau teman terdekat.

Jeje, itulah panggilan akrab yang saya dan teman-teman lain berikan kepadanya. Saya mengenal Jeje sejak kami sama-sama kuliah di Departemen Arsitektur UI. Sayangnya saya baru benar-benar berada dalam satu kelompok tugas dengan Jeje ketika saya berada di kelas perancangan terakhir. Saya bisa bilang Jeje merupakan salah satu yang bersinar di angkatan saya, bukan hanya dari segi nilai-nilainya yang oke, namun dari sikapnya yang matang dan profesional. Jeje juga termasuk salah satu orang yang selalu mempengaruhi saya untuk tetap positif.

Saya janjian dengan Jeje tepatnya akhir tahun lalu, ketika saya menyampaikan niat saya untuk mengulas dirinya dalam artikel sosok inspiratif versi saya. Sebelumnya saya sudah meminta izin untuk mengulas tentang dirinya via whatsaap. Hal itu pun langsung disetujui oleh Jeje. Kami bertemu di salah satu Mall besar daerah Bekasi, kebetulan Jeje sedang bertugas mengawas proyek di daerah tersebut.

Siang itu, saya datang ke area makan tempat kami sudah janjian sebelumnya via whatsaap. Tidak berapa lama saya menunggu, Jeje datang dengan aura khas penuh percaya diri dan langsung menghampiri saya. Ada hal yang berbeda dari sosok perempuan lincah yang satu ini setelah saya lama tidak bertemu dengannya. Make up tampak menghiasi wajahnya yang dulunya jarang saya lihat dipulas dengan riasan. Kami lanjut makan bersama di sebuah restauran ramen terdekat. Saya pun tanpa sungkan langsung membuka buku jurnal saya untuk menanyakan beberapa pertanyaan yang sudah saya siapkan untuknya.

Jeje lagi sibuk apa sekarang?

Aku sekarang lagi sibuk kerja di sebuah kantor developer. Kalau kesibukan lain diluar itu, aku lagi asik belajar nari dan aktif pelayanan di sebuah gereja Katolik di Jakarta. Aku juga sedang terlibat dalam bisnis cathering sehat belum lama ini.

Boleh cerita ngak perjalanan karir dan impianmu kamu sampai sekarang?

Sebenarnya cita-cita aku dulu itu kuliah di jurusan Sipil cuma karena katanya jurusan tersebut susah khususnya bagi perempuan, akhirnya dengan banyak pertimbangan aku milih jurusan Arsitektur. Setidaknya masih ada nyambung-nyambungnya dengan bangunan hehehe. Ketika kuliah di Arsitektur, aku mulai senang dengan design hanya saja ketika bekerja di salah satu konsultan ternama di Jakarta kurang lebih 6 bulan, aku mulai merasa kesenanganku terhadap design itu ga sepenuhnya 100 %. Ada keinginan lain yang sepertinya belum terpenuhi, yaitu untuk melihat proyek bangunan itu terbangun secara bertahap. Intinya aku pengen banget bisa banyak belajar dari hal nyata yang terbangun. Aku lebih ingin belajar banyak dari lapangan. Dari situ aku merasa lebih cocok di pekerjaanku yang sekarang yaitu di developer.

Ada ga sih suka duka di dalam pekerjaan kamu yang sekarang?

Tentu ada. Bagian sukanya mungkin karena pekerjaan ini lebih aku minati. Tim dan manajemen kerja juga sudah oke. Dukanya mungkin karena lebih banyak pria jadi mau ga mau mentalnya harus kuat. Lingkungan kerja yang dominan pria juga kadang bikin risih sih, terutama karena mereka banyak yang merokok. Aku belajar banget untuk sabar dan toleransi di lingkungan pekerjaanku yang dominan pria, karena sebenarnya pria lebih cepat tempramen. Kebetulan aku satu-satunya wanita di bagian engineering.

Ada ga sih tips yang bisa kamu share untuk posisi pekerjaan yang lingkungannya dominan dengan pria?

Kuncinya harus pintar beradaptasi. First impression itu penting apalagi sebagai wanita di tengah-tengah lingkungan kerja yang lebih banyak pria. Sering kali karena kita wanita, kita bisa dianggap remeh ketika berada di lingkungan kerja yang dominan pria. Menurutku sebagai wanita dengan lingkungan kerja seperti itu, tetap penting lho untuk dandan dan pintar membawa diri agar pria lebih tertarik serta respect terhadap kita. Aku juga belajar untuk menyaring kritik dari orang lain. Kalau itu hal yang membangun sih oke, tetapi kalo ngak membangun mendingan ga usah terlalu didengarkan.

Pelajaran berharga apa yang Jeje dapat selama bekerja sampai sekarang?

Menurutku ketika kita kerja apapun bidangnya penting untuk belajar berelasi dengan orang lain. Aku juga belajar untuk pintar mencari cela dan menyampaikan pendapatku dengan baik. Intinya jangan sampai kita mau dipojokkan hehehehe.

Ada ga sih peran keluarga dan teman dekat dalam perjalanan karirmu?

Peran mereka pastinya ada. Orang tuaku selalu mendukung dan selalu memberikan nasehat, apalagi ini dunia kerja dimana situasinya sangat berbeda dengan situasi ketika berada di dunia kampus dulu. Kalau untuk teman-teman terdekat dari jaman SMA dan kuliah tentunya aku masih komunikasi dan menyempatkan untuk ketemu mereka di sela-sela kesibukanku. Menurutku, penting untuk menjalin komunikasi dengan mereka yang sudah mengenal sifatku yang sebenarnya.

Apa sih definisi sukses bagi seorang Jeje?

Definisi sukses itu banyak, salah satunya mencapai tujuan hidup yang kita inginkan. Menurutku berada di pekerjaan sekarang yang aku minati juga salah satu kesuksesan dalam hidup. Kesuksesan lain yang aku sudah capai yaitu berani traveling sendiri ke luar negri. Masih banyak yang beranggapan kalau traveling sendiri khususnya bagi wanita itu berbahaya, tetapi aku justru berhasil traveling ke negara yang aku inginkan sendirian dan balik dalam keadaan selamat. Ketika salah satu impianku tercapai, hal itu juga merupakan kesuksesan dalam hidupku.

Apa harapan Jeje kedepannya?

Sebenarnya aku punya mimpi lain yang ingin aku wujudkan yaitu punya Travelling Agent yang aku kelola sendiri. Aku suka banget travelling karena itu aku pengen kelola bisnis di bidang tersebut sekalian aku juga bisa jalan-jalan. Sembari aku bekerja di pekerjaanku yang sekarang sembari juga aku mengumpulkan modal untuk mewujudkan impianku yang lain.

jeje

Saya mengakhiri list pertanyaan saya siang itu. Tidak berapa lama setelahnya Jeje pamit kepada saya karena harus balik ke kantornya. Saya masih duduk sambil merapikan tulisan hasil wawancara yang sudah saya buat. Sembari merapikan tulisan, sembari juga saya membaca lagi hasil wawancara saya dengan Jeje.

Hasil wawancara dengan Jeje membawa saya ke mimpi-mimpi saya yang lain dalam lingkup besar dan kecil. Sejujurnya saya sempat kaget ketika Jeje ingin buka bisnis travelling agent. Saya pikir Jeje akan memberikan jawaban tentang harapan masa depan yang berhubungan dengan karirnya sekarang atau mungkin tentang s2. Ternyata mimpi orang lain bukan sesuatu yang bisa kita tebak dengan mudah.

Saya termenung sore itu menanyakan tentang mimpi lain di balik mimpi saya yang sekarang. Mimpi itu mungkin bukan sesuatu hal yang besar seperti yang orang lain pikirkan tentang kita. Mimpi itu tentunya sangat personal, sesuatu yang ingin diwujudkan karena kesenangan hati kita. Sebagian mimpi mungkin bisa dengan gamblang kita ceritakan ke orang lain namun tentu saja ada mimpi-mimpi yang tidak kita bagikan segamblang itu karena sifatnya sangat menyangkut privasi hidup kita. Semakin saya berpikir, semakin banyak mimpi-mimpi kecil yang bermunculan di pikiran saya.

Berbeda dengan Jeje, saya bukan tipe yang cepat bisa menemukan keinginan hati saya yang terdalam. Saya juga suka iri dengan betapa mudahnya orang lain melontarkan mimpi mereka dengan yakin. Mungkin saya harus mulai berani menanyakan ke diri saya mimpi lain apa yang ingin saya wujudkan melalui mimpi yang terwujud sekarang.

Setelah beberapa bulan berlalu, saya masih belum mendapat judul yang cocok untuk artikel tentang Jeje. Malam ini justru berbeda, saya menuliskan sebuah judul yang saya rasa cocok dengan apa yang saya dapatkan setelah melakukan sesi wawancara dengan Jeje yaitu Sebuah Mimpi dibalik Mimpi yang Terwujud. Semoga artikel ini bisa menginspirasi para pembaca!

Special Thanks to Jessica Octaviani

NOTE

This is NOT Sponsored Post. All things that are written in this blog post are my own opinions and interviewees honest responds. Do not copy my blog or my photos, if you want to use my blog or my photos please ask my permission by email and credit the copy page or image back to my blog.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *