Setelah full bed rest selama dua hari, besoknya saya langsung periksa ke dokter syaraf. Setelah panjang lebar menceritakan kronologis yang saya alami serta memberikan hasil CT-scan dari klinik di Algeria, saya diberikan obat selama seminggu dan dianjurkan untuk bed rest sementara. Obat yang diberikan cukup manjur untuk mengurangi rasa nyeri yang saya alami khususnya saat tidur pada malam hari.
Saya kembali lagi untuk kontrol ke dokter setelah obat selama seminggu yang diberikan telah habis. Rasa nyeri pada punggung dan kaki masih kambuh-kambuhan saya rasakan. Saya pun dianjurkan untuk fisioterapi dan kemudian di rujuk ke dokter fisioterapi untuk pengobatan lebih lanjut.
Pemeriksaan di dokter fisioterapi hampir mirip dengan pemeriksaan saat saya periksa di dokter ortopedi. Bagian kaki saya di angkat ke kanan dan ke kiri untuk melihat area nyeri yang saya rasakan. Dokter juga menekan beberapa area pada kaki dan punggung bawah untuk memastikan titik-titik nyeri pada badan saya.
Dokter menyarankan saya melakukan fisioterapi selama seminggu lebih. Beliau juga menyarankan untuk melakukan fisioterapi setiap hari agar pengobatan berjalan lancar. Setelah segala urusan pemeriksaan beres, dimulailah edisi bolak balik rumah sakit untuk jadwal fisioterapi. Saat itu rasanya saya bosan banget melihat ruangan rumah sakit.
Fisioterapi yang saya jalani terdiri dari 3 bentuk, radiasi panas (infra red), pemberian aliran listrik dan pijatan dengan alat pijat khusus yang ujungnya panas. Saya pikir fisioterapi akan membuat saya rileks tapi ternyata sesi pertama fisioterapi membuat badan saya terasa sakit, mungkin karena saya ga terbiasa kali ya.
Tak lama setelahnya tubuh saya mulai terbiasa, jadi ga terlalu kaget lagi, hanya saja memang badan tetap sakit setelah sesi fisioterapi. Sebenarnya fisioterapi digunakan untuk memperbaiki posisi atau postur tubuh yang salah, ya wajar aja kalau sesi tersebut meninggalkan rasa sakit di badan.
Semakin lama mamfaatnya mulai terasa di badan saya. Jalan mulai ga terlalu kaku dan kaki saya mulai bisa saya ajak kompromi untuk jalan dan beraktivitas ringan. Saya juga sudah mulai bisa tidur di malam hari, tentunya dibarengi dengan konsumsi obat anti nyeri.
Dua minggu lebih mengonsumsi obat, ternyata saya mulai mengalami reaksi alergi pada badan. Beberapa bagian seperti wajah, lengan atas, dan kaki mengalami bentol-bentol yang rasanya gatal dan panas. Saya langsung memeriksakan kondisi kulit saya ke dokter kulit setelah 4 hari tidak ada perubahan. Dokter kulit saya menyuruh saya berhenti konsumsi obat anti nyeri untuk sementara karena sepertinya ada kecurigaan kalau saya alergi obat. Selama 5 hari saya dianjurkan meminum obat alergi untuk meredakan gatal-gatal pada tubuh.
Saya juga melakukan pemeriksaan ke dokter tulang belakang di daerah Bintaro. Dokter ini salah satu dokter yang direkomendasikan untuk permasalahan tulang belakang oleh saudara dari keluarga Papa. Awalnya saya malas banget untuk periksa lagi karena udah mulai capek dengan rutinitas bolak balik rumah sakit. Kadang saya ga kuat juga dengan antrian pasiennya. Ternyata bener dong, antrian pasien dokter di daerah Bintaro ini panjang, bahkan saya dan keluarga jadi pulang larut malam karena kebagian nomor antrian besar.
Pemeriksaan dokter tulang belakang pun berlanjut dengan menarik kaki saya ke kanan dan ke kiri, kemudian menekan punggung saya agak kuat sampai saya kesakitan. Setelah itu saya dianjurkan melakukan MRI untuk melihat lebih detail permasalahan back pain yang saya alami. Saya dan Mama pun mengatur jadwal MRI untuk besoknya.
Pemeriksaan dengan mesin MRI
Saya agak pucat pas liat mesin MRI yang besar seperti terowongan. Kalau mesin untuk CT-Scan di Algeria itu berbentuk bulat pipih dan tipis, mesin MRI di rumah sakit ini bentuknya seperti terowongan sempit dan “gemuk”. Jantung saya mulai dag dig dug panik pas disuruh berbaring dan tempat saya berbaring mulai perlahan masuk ke terowongan mesin.
“Mas, saya takut ruang sempit”
“Mbak bisa pegang tombol ini ya, kalau seandainya takut banget pas di dalam mesin, bisa tekan tombolnya ya. Suara mesinnya akan lebih berisik dari ini setelah di dalam mesin, jadi jangan kaget ya mbak“
Saya langsung bilang ketakutan saya kepada petugas radiologi. Petugas radiologi memberikan saya tombol yang bisa ditekan kalau saya merasa ketakutan dan panik di dalam mesin. Petugas juga memakaikan saya head phone untuk mendengarkan lagu-lagu. Sepertinya tujuan pemakaian head phone supaya pasien ga panik pas dengar suara mesin ketika berada di dalam terowongan mesin MRI.
Pemeriksaan MRI berjalan lancar. Saya berhasil menenangkan diri saya meski saya hampir terkena panic attack ketika berada di dalam terowongan. Dua jam kemudian hasil MRI sudah bisa saya ambil dalam bentuk CD. Saya kembali mengatur jadwal konsultasi dengan dokter tulang belakang.
Saya pun kontrol ke dokter tulang belakang dengan membawa hasil MRI. Hasil MRI sendiri menunjukkan kemajuan yang baik dibandingkan dua bulan sebelumnya. Saya hanya disuruh berenang untuk membantu agar otot dan sendi saya tidak kaku.
Pengobatan selanjutnya, saya lebih sering kontrol ke dokter syaraf di Bekasi karena jaraknya lebih dekat dan tentunya saya sudah pernah beberapa kali fisioterapi di rumah sakit tersebut. Saya pikir daripada saya harus ke bintaro lagi lebih baik saya kontrol di rumah sakit Bekasi saja.
Butuh waktu bagi saya untuk terbiasa dengan kondisi badan yang terkena saraf terjepit. Saya lebih sering menggunakan grab car atau go car untuk pergi ke kantor karena saya belum berani menyetir dengan kondisi kaki yang masih suka nyeri dan kebas. Saya juga pakai korset setiap hari karena punggung lebih terasa cepat pegal dan nyeri kalau tidak pakai korset.
Seharian bekerja saja rasanya sampai rumah badan saya sudah letih. Selama kerja di kantor pun saya biasakan untuk berdiri dan jalan jika punggung sudah mulai terasa nyeri. Beberapa kali saya mampir ke mushola untuk rebahan dan melakukan gerakan stretching, sekalian menunggu rekan kerja saya yang muslim selesai sholat. Ada perasaan kesal juga sih karena saya jadi harus pintar-pintar mengatur waktu dan membatasi kegiatan saya.
Hal paling berpengaruh bagi saya yaitu berenang dan melakukan gerakan stretching sebelum tidur atapun setelah bangun tidur supaya badan dan kaki tidak cepat kaku. Saya ga memaksa tubuh saya untuk berenang layaknya orang yang sedang olah raga berenang. Kegiatan saya di kolam lebih seperti relaksasi dan peregangan di air. Saya pernah paksakan untuk berenang normal tapi kaki saya seperti ketarik dan terasa sakit.
Hal yang saya paling syukuri adalah bisa mengurus perpindahan saya dari struktur proyek kembali lagi ke struktur kantor pusat, sehingga saya ga perlu bolak balik Afrika-Indonesia lagi. Rasanya menahan nyeri selama penerbangan 18 jam itu masih terbayang-bayang di benak saya. Ada sisi trauma sendiri ketika mengalami sakit saraf terjepit di negri sebrang nun jauh disana.
Mental saya pun mau ga mau ikut terpengaruh. Badan yang tidak stabil, gampang letih dan nyeri yang kadang kambuh sering bikin saya jadi sensitif dan mood jadi jelek. Saya juga jadi membatasi aktivitas yang pada akhirnya membuat semangat saya jadi ikut turun. Saya jadi lebih takut kemana-mana sendiri karena was-was kalau nyeri itu kambuh lagi, apalagi kalau sampai kaki terasa kebas dan mati rasa sementara.
Saya bahkan udah kepikiran mau ajuin surat resign saat itu karena ingin fokus pengobatan dan tentunya fokus mengembalikan mental saya yang down parah. Bahkan saya sempat males dengerin omongan orang yang bilang ‘sayang’ untuk resign, karena toh yang capek-capek nahan nyeri selama aktivitas itu saya bukan mereka J. Belum lagi susahnya menjelaskan rasa nyeri seharian kepada orang-orang normal yang sepenglihatan mereka kita sehat-sehat saja.
Mungkin jalan Tuhan lain dari apa yang saya pikirkan. Mungkin juga ada rencana lain yang lebih baik dari Tuhan untuk saya di Jakarta melalui penyakit ini. Semoga hanya pintu-pintu yang baik saja yang terbuka untuk kedepannya, amin. Stay healthy everyone!
NOTE
This is NOT a Sponsored Post. All things that are written in this blog post are my own opinions and my honest experience. Do not copy my blog or my photos, if you want to use my blog or my photos please ask my permission by email and credit the copy page or image back to my blog.