Beberapa hari yang lalu ada masalah yang cukup jadi bahan pikiran saya. Saya ga akan curhat panjang lebar tentang masalah tersebut karena saya yakin tidak semua hal bisa layak digembar-gemborkan di media sosial. Saya hanya curhat ke beberapa teman dekat saya karena saya ga mau kebiasaan memendam masalah atau kembali ke kebiasaan jelek lama dengan menulis status baper. Saya waktu itu bersyukur karena meski saya hanya curhat ke beberapa teman dekat, saya merasa cukup lega setelahnya.
Saya juga ingat beberapa hari lalu saya khusuk berdoa di malam hari setelah membaca Alkitab dan Renungan Malam, padahal akhir-akhir ini saya termasuk cepat dalam durasi waktu berdoa karena sudah keburu ngantuk hehehe. Saya juga ditenangkan oleh ayat dan renungan yang saya dapat malam itu. Meski saya gelisah dan keinginan manusiawi saya memberontak agar Tuhan campur tangan dalam bentuk apapun namun saya sadar, Tuhan punya cara dan jalanNya sendiri. Saya mungkin tidak mendapat jawaban doa langsung hari itu atau besoknya, namun saya merasakan damai sejahterah dan kelegaan malam itu, yang sepertinya lebih saya perlukan.
Masalah tersebut juga mengajarkan saya bahwa segala cobaan bisa datang kapan saja bahkan tanpa campur tangan dari kita sendiri. Saya belajar untuk bersikap tenang dan tidak gegabah mengambil tindakan. Saya belajar kapan waktunya untuk diam, menunggu, sabar dan tidak terburu-buru mengeluarkan emosi apalagi melalui media social. Saya akui media social bisa membuat kesalah pahaman yang bisa menyebar kebencian, kontroversi dan pikiran negatif dalam sekejap tanpa sumber yang belum jelas. Saya juga belajar tidak bijak terburu-buru berkesimpulan tanpa mengetahui yang sebenarnya terjadi di balik layar. Saya juga belajar bijak untuk tahu kapan waktunya berbicara dan kapan waktunya diam ketika berada di ranah media social.
Masalah tersebut pun membuat saya berpikir kembali tentang tujuan saya selama menulis. Apakah hal yang saya tulis baik, apakah informasi yang saya tulis menimbulkan gejolak kebencian dan hasutan, apakah informasi yang saya tulis menyudutkan orang lain, segala pertanyaan itu memenuhi pikiran saya namun saya bersyukur sejauh yang saya ingat tulisan saya tidak ada yang mengarah kepada hal tersebut dan jangan sampai tulisan atau postingan saya menyakiti pihak-pihak tertentu tanpa saya sadari. Memang tidak ada aturan jelas tentang apa yang kita share di media sosial, terakhir yang saya tahu cuma sudah adanya UU yang dibuat terkait media social.
Ketika saya menyerahkan semua kepada Tuhan melalui doa, saya mulai merasa lebih lega beberapa hari setelahnya. Hal yang paling saya syukuri ialah mempunyai inner circle yang siap menampung keluh kesah saya jika ada masalah. Saya bersyukur teman terdekat saya tidak dalam jumlah yang banyak, namun hal tersebut tidak mempengaruhi betapa besarnya dampak mereka terhadap saya. Saya jadi mengerti betapa pentingnya tetap tenang dalam situasi yang keruh dan tidak teburu-buru bertindak jika menghadapi masalah, apalagi bagi saya yang kadang mudah terpengaruh.
Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. -Amsal 16 :32
NOTE
Artikel ini saya dedikasikan kepada teman-teman terdekat saya yang sudah menasehati saya untuk tetap tenang dan tidak kuatir ketika masalah datang. Saya beruntung mempunyai teman-teman terdekat yang selalu mengingatkan saya agar tetap tenang dan positif.Ā Thanks for everything guys! š