
Rasanya lumayan cukup lama gak update blog lagi. Saya ingin share cerita tentang salah satu pengalaman yang saya alami beberapa minggu yang lalu dimana saya sedang iseng-iseng liat instagram dan ketemulah dengan instagramnya maubelajarapa ( ig : @maubelajarapa). Bagi yang belum tau tentang maubelajarapa, maubelajarapa adalah majalah dan direktori kursus pendidikan online di Indonesia (kamu bisa lihat keterangan lebih lengkap di facebook maubelajarapa, instagram dan situs web). Jadi di maubelajarapa ini, kamu bisa cari jadwal workshop yang kamu ingin ikuti. Waktu itu pas banget saya melihat ada jadwal workshop yang saya sangat tertarik untuk datang yaitu Learn The Art of Inxiety (Act of Release) Through Drawing by Lingkaran.
Workshop ini diadakan oleh lingkaran. Apa itu lingkaran? Lingkaran is an alternative education community that transform creative-passionate into creativepreneurs through learning and opportunity in design, technology, and businesses (sumber : web lingkaran.co). Nah lingkaran sering mengadakan banyak workshop yang bisa kamu ikuti dan bisa dilihat jadwalnya di instagram ( ig : @lingkaran.co), facebook dan situs webnya.
Saya suka ikut workshop jika ada waktu dan dananya mencukupi. Saya berpendapat bahwa belajar itu akan selalu menjadi bagian dari hidup, bahkan sampai tua pun jangan kehilangan rasa ingin belajar sesuatu yang baru dan rasa ingin terus berkembang di bidang apapun itu. Mungkin banyak yang bertanya kenapa tidak ambil les atau kursus saja jika memang ingin belajar. Alasannya tentu karena tema workshop sangat beragam, dan belum tentu ada les/kursus khusus dengan tema beragam dan harga terjangkau tetapi jika memang menemukan les dengan metode dan cara pembelajaran yang baik sih sah sah saja. Alasan kedua ya workshop lebih menawarkan metode pembelajaran yang luas tergantung pengembangan dari mentornya serta lebih langsung praktek saat itu juga dan hal ini sangat berbeda dengan tipe mengajar sekolah di kelas dimana ada murid dan guru, kesannya sangat kaku. Alasan yang ketiga tentu karena suka menggambar dan karena aku sudah mulai sadar punya kecemasan yang berlebihan.
Learn The Art of Inxiety (Act of Release) Through Drawing by Lingkaran dengan mentor Lalabohang ( ig: @lalabohang). Mbak lala ini merupakan salah satu ilustrator yang dikenal, dengan gaya khas gambar dengan tinta serta gambarnya yang serba hitam putih. Kebetulan saya datang sekitar 15 menit lebih awal di tempat workshop. Tempat workshop berada di conclave, daerah jakarta selatan. Berikut foto tempat workshop.


Tempat workshopnya jujur bikin saya betah ahahaha, rasanya ga mau balik cepet-cepet. Sebelum masuk harus lapor ke petugas di lantai satu karena masuknya menggunakan kartu dan ditukar sementara dengan KTP, jadi bisa dibilang gak sembarang orang bisa lalu lalang di dalam tempat workshop tanpa sepengetahuan petugas. Nah, tempat conclave ini juga sering dijadiin tempat untuk mengerjakan tugas bersama, tugas kelompok, atau pekerjaan pribadi dengan dikenakan tarif perjam.
Balik lagi ke workshop dengan mbak lala, saya lebih cepat datang jadi sempat mengobrol dengan mbak lala, kebetulan background kami sama yaitu sama-sama lulusan dari Arsitektur dengan beda Universitas, jadi sempat sharing dan cerita kehidupan setelah lulus dari kampus. Workshop akhirnya dimulai setelah cukup menunggu beberapa orang yang belum hadir. Pada awal workshop, mentor sempat presentasi awal tentang apa sebenarnya Anxiety, dan tentang banyak seniman yang menjadikan karya mereka sebagai terapi bagi diri mereka sendiri untuk melepas kecemasan dan masa-masa buruk yang mereka lalui. Mbak lala juga sempat menjelaskan beberapa teknik dengan menggunakan tinta dan kuas untuk menggambar.
Anxiety sebenarnya sangat wajar, semua org punya kecemasannya masing-masing, dan wanita sangat memiliki natur untuk dapat cemas berlebih dan hal itu masih dalam batas kewajaran. Setelah dipikir-pikir bener juga sih, dan terbukti dari peserta workshop saat itu 100 % adalah wanita. Menurutk saya, wanita lebih banyak mendapat tuntutan dibanding kaum pria, misal jika umur sudah mendekati 25an atau 30an kaum wanita lebih banyak dapat gunjingan tentang mengapa belum menikah dan setelah menikah pun punya anak jadi suatu hal yang digunjingkan society, image dunia kecantikan pun lebih bisa mempengaruhi wanita untuk cemas dari segi fisik untuk dibanding-bandingkan, sedangkan pria sepertinya tidak terlalu ditekan dengan berbagai beban ini meski mungkin ada beban lain yang mungkin tidak kaum wanita rasakan. Banyak aspek yang membuat wanita lebih wajar untuk cemas berlebih dan tentunya itu akan membuat kita jadi lebih memahami kenapa seorang ibu itu cerewet dan sering cemas, jadi bagi kaum pria, semoga anda-anda lebih bisa menghargai wanita.
Setelah presentasi dari mentor, kami disuruh mengambil kertas yang sudah dibagi ke beberapa bagian dengan label macam-macam anxiety. Kami disuruh menggambar apa yang kami gambarkan sebagai macam-macam anxitey tersebut. Setelah itu kami disuruh menjelaskan sesuai apa yang kami gambar. Keliatan seperti terapi ya? ahahaha..yang saya amati tuh semua org punya kecemasannya masing-masing dan tidak usah merasa diri paling hebat, merasa diri paling menderita juga, ataupun mengejek kecemasan orang lain, karena balik lagi kita adalah manusia dan manusia itu gak sempurna.

Tahap akhir, kami membuat satu gambar dengan durasi yang lebih lama dan juga ditambah menggunakan watercolour abu-abu. Setelah sesi berakhir, mbak lala sempat bertanya, “Gimana? Berasa lega setelah sesi ini?”. Saya entah kenapa merasa lega, ada sesuatu yang dikeluarkan dalam bentuk lukisan, dan lukisan itu punya meaning yang ingin saya sampaikan terkait dengan apa yang saya alami.
Workshop ini berkesan sekali untuk saya karena bisa jadi metode untuk melepas kecemasan berlebihan dalam hal yang positif dan kreatif. Banyak hal juga yang saya pelajari dalam workshop ini dan jadi pelajaran untuk ke depannya. Beberapa hal juga jadi buah pikiran saya setelah workshop ini berakhir yaitu…
Anxiety itu wajar, jangan pernah menutupi dan menimbun kecemasan di dalam diri
Kita sebagai manusia pasti punya kecemasan, cemas adalah bagian dari natur emosi yang Tuhan berikan, jadi sangat wajar bagi kita untuk cemas. Image dunia yang menampilkan kesempurnaan dalam kecantikan, karir, prestasi, betapa menariknya orang yang selalu positif terkadang mempengaruhi kita untuk menutupi kecemasan dan apa yang kita rasakan, kita takut di cap jelek serta mengakibatkan orang-orang tidak tertarik kepada kita. Tetapi sekarang, saya jadi terdorong untuk jujur terhadap emosi dan kecemasaan yang saya miliki, mengeluarkannya dengan bijak dan melepaskan orang-orang yang memilih pergi karena tidak mau menerima hal itu.
Semua orang punya struggle-nya masing-masing
Tidak perlu merasa lebih atau merasa kurang karena semua orang punya masalah dan bebannya masing-masing sesuai kemampuannya. Lebih banyaklah mendengarkan daripada mengomentari orang lain yang mengutarakan kecemasannya.
Anxiety merupakan sesuatu yang akan mengukir dirimu unik dan berbeda dari yang lain
Di blog sebelumnya tentang watercolour workshop, saya sempat bilang bahwa gambar setiap orang punya keunikan masing-masing sama seperti pribadi, setiap orang unik dan berbeda begitu juga jalan yang akan ditempuh pasti berbeda. Di sekolah/kuliah mungkin nilai dijadikan acuan untuk lulus atau tidaknya seseorang, di dunia pekerjaan hal itu lebih soal bisa bertahan serta berjuang atau tidak. Di sekolah mungkin kelas matematika wajib diikuti semua murid, dalam hidup, semua kelas yang dialami setiap orang berbeda satu sama lain. Saya semakin meyakini bahwa setiap individu punya jalannya masing-masing dan dibentuk dengan penempaannya masing-masing sesuai rencana sang Pencipta. Anxiety setiap individu berbeda, dengan begitu berbeda pula pembentukan setiap individu melalui anxiety-nya. Sebelum menuju akhir sesi workshop kami disuruh melihat hasil karya kami yang dipajang, dan disitu mentor menyadarkan bahwa sisi negatif pun bisa menghasilkan karya seni yang indah pada akhirnya.
Gambar bisa jadi sarana untuk lebih mengenal diri sendiri
Sejujurnya saya tidak terlalu suka dengan diri saya sendiri. Saya bisa mengeluh ke diri sendiri “duh lamban bgt”, atau “kok saya tidak sepintar dia ya”, dan banyak hal lainnya membuat saya tanpa sadar terlalu keras dengan diri sendiri. Menggambar jadi seperti dialog antara diri saya dengan diri saya sendiri bukan berarti gila ya ahahahah seperti apa yang saya alami dituangkan dalam gambar, trus balik nanya lagi kenapa harus berpikir seperti itu tentang apa yang dialami, aku suka menulis mimpi-mimpi yang belum terwujud dan juga keinginan yang ingin dicapai dalam waktu dekat tanpa ada intervensi pihak lain karena ini adalah dialog antara diri saya dengan diri saya sendiri.
Saya jadi sering corat coret sejak ikut workshop ini..ahahaha..kadang bahkan jadi kegiatan wajib di akhir pekan atau malam sebelum menjelang tidur. Lebih banyak waktu me time menggambar daripada hang out dengan teman, efeknya sih jadi lebih menenangkan dan lebih mengenal diri sendiri.

Sebelum balik ke rumah, tentunya harus wajib bgt foto sama mentornyaa…ngefanss sama mbak lala bohanngg..karyanya keren-kerennn.

Terima kasih mbak lalabohang untuk ilmu dan sharingnya, semoga selalu sukses terus! Untuk maubelajarapa dan lingkaran.co terima kasih untuk memfasilitasi orang-orang yang masih tetap mau belajar dan membuat tema yang sesuai seiring perkembangan kehidupan masyarakat..hehehehe…
One thought on “My Anxiety Box and Me”