Life After Death is a Good Life

SAM_4870

Bulan lalu saya pergi ke daerah Jakarta Barat untuk urusan pekerjaan. Ternyata urusan terkait pekerjaan tersebut selesai sangat cepat sehingga saya masih punya banyak waktu luang. Saya merasa sayang untuk langsung balik ke Bekasi mengingat perjalanan ke Jakarta pagi itu cukup padat. Kebetulan saya teringat sebuah pameran yang ingin saya kunjungi dari Sabtu kemarin. Tanpa pikir panjang saya bulatkan tekad untuk pergi ke daerah Kebayoran untuk melihat pameran seni tersebut.

Jalanan Jakarta ke arah Senopati pagi itu cukup bersahabat. Tidak butuh waktu yang lama bagi saya untuk sampai ke gedung tempat pameran berlangsung. Saya sempat salah lantai ketika mencari tempat pameran tersebut, ternyata pameran yang ingin saya kunjungi berada di lantai 1. Saya ga langsung masuk ke ruang pameran karena dari pintu kaca terlihat ada sekelompok orang yang sedang rapat. Karena tidak ada orang yang bisa ditanya, saya memutuskan untuk menunggu di ruang lobby depan.

Saya duduk bersebrangan dengan seorang gadis muda yang kelihatannya juga sedang menunggu. Saya pikir dia juga mau pergi ke pameran jadi saya dengan pede-nya langsung ngajak kenalan. Nama gadis yang saya ajak kenalan itu Tisha, dan ternyata dia bertugas sebagai penjaga pameran yang akan saya kunjungi. Gawatnya lagi Tisha juga bingung kenapa ruang pameran tersebut dipakai untuk ruang rapat, alhasil kami berdua menunggu tanpa kepastian.

Saya sempat ngobrol tentang banyak hal dengan Tisha mulai dari kuliah, kerjaan, kesibukaan dan lain-lain. Tisha juga sempat membagikan sebuah roti dari bekalnya untuk saya, she’s just too sweet and kind. Saya langsung bahagia di kasih roti karena sebenarnya saya udah kelaparan hehehe. Kami menunggu cukup lama sampai seorang pria keluar dari dalam ruang pameran dan menghampiri kami yang sedang duduk menunggu.

“Mbak masuk aja, boleh masuk kok ke ruang pamerannya”

“Kirain ga boleh Mas, tadi saya liat lagi rapat soalnya. Okelah kalo begitu, makasih ya Mas!”

Akhirnya saya masuk ke ruang pameran bersama dengan Tisha. Beberapa orang yang sedang rapat tampak tetap asik melanjutkan presentasi mereka. Tisha siap-siap di ruang peralatan sedangkan saya mulai melihat-lihat pameran. Tak berapa lama Tisha datang untuk menyalakan api pada lilin-lilin yang dipajang di salah satu instalasi seni. Saya mulai mengamati ruang pameran meski saya jadi ngak leluasa karena ada kelompok yang sedang presentasi.

Pameran yang saya datangi ini mempunyai tema tentang merayakan sebuah Kematian. Nah lho aneh banget kan tema-nya tentang merayakan Kematian. Justru karena temanya unik makanya saya bela-belain banget untuk datang ke pameran ini. Sebenarnya pameran yang saya datangi ini termasuk sebuah pameran kecil yang diadakan oleh sebuah sekolah seni, namun karya-karya yang di pajang tetap menarik untuk saya nikmati.

“Remember Me as…”

Pameran ini merupakan sebuah hasil karya para murid sekolah seni yang diambil dari tugas sekolah mereka sendiri. Para pengajar mengembangkan sebuah metode bagi para murid di @erudioschoolofart (sekolah seni) untuk menemukan tujuan hidup mereka dalam sebuah pertanyaan “Aku ingin diingat sebagai siapa?”. Pertanyaan ini seolah-olah membuat kita menarik mundur apa yang kita sudah kerjakan selama ini, agar kita juga bisa menentukan arah hidup ke depannya sebelum hidup itu sendiri berakhir.

SAM_4906SAM_4898

Hidup memang bisa penuh dengan banyak pilihan yang memicu kebingungan. Para pengajar erudioschoolofart berharap pertanyaan ini menjadi sebuah pertanyaan yang memicu para murid untuk akhirnya menemukan tujuan hidup mereka dan apa yang ingin mereka lakukan selanjutnya dalam hidup. Pada video dokumentasi tentang proses berkarya, para murid diberikan tugas untuk membuat berita kematian mereka sendiri dan sebuah karya seni sebagai bentuk refleksi dari hidup yang telah mereka jalani.

Karya-karya para murid erudioschoolofart dan berita kematian yang mereka buat sendiri di pajang di salah satu pojok ruang pameran. Saya cukup menikmati karya-karya yang disajikan. Secara tidak langsung saya bisa mengenal mereka dan impian mereka melalui karya dan berita kematian yang mereka tulis sendiri. Saya juga cukup kaget mengetahui bahwa berita kematian bisa merangkum semua hal yang pada akhirnya paling mereka inginkan dalam hidup.

SAM_4855

SAM_4852

Sudut pojok ruangan lainnya di dominasi oleh sebuah instalasi seni yang merupakan karya dari Pendiri Databo Dojo dan semua pegawai yang bekerja disana. Karya seni tersebut berbentuk sebuah altar besar yang dihiasi dengan lilin, bunga dan dekorasi khas pemakaman lainnya. Saya juga membaca sekilas kisah hidup pendiri Databo Dojo yang cukup menginspirasi, dari seseorang yang dulunya selalu mementingkan pekerjaan menjadi seseorang yang lebih mengutamakan keluarganya. Biasanya sebuah altar kenangan membuat saya takut namun ntah mengapa saya malah suka dengan dekorasi altar yang mereka buat tanpa mengurangi kesan sendu pada altar tersebut.

Salah satu instalasi yang paling berkesan bagi saya di pameran ini ialah instalasi seni dari Lala Bohang yang berjudul “Life After Life is a Good Life”. Instalasi seni ini berbeda dari karya-karya seni sebelumnya. Untuk menikmati karya seni ini, saya harus masuk ke dalam ruangan kecil yang diterangi lampu biru muram yang menimbulkan kesan duka. Pengunjung dapat merencanakan pemakaman mereka di dalam ruangan ini dengan mengisi Funeral Request yang disediakan. Funeral Request ini kemudian akan diikatkan ke tali balon berwarna putih yang telah di sediakan dalam ruangan. Kebetulan kertas Funeral Request-nya habis jadi saya ga bisa refleksi sekalian mengisi Funeral Request versi saya, padahal saya udah semangat 45 mau isi Funeral Request-nya ahahaha kezelss. Tisha juga sempat cerita kalau dari kemarin banyak pengunjung yang menanyakan kertas Funeral Request yang sudah habis, ternyata ga saya aja yang semangat mau isi Funeral Request ahahaha.

SAM_4902

SAM_4863

Untitled-1SAM_4856Untungnya saya membawa buku jurnal harian saya di tas, jadi saya tulis Funeral Request versi saya di buku jurnal sambil refleksi terhadap hidup yang sudah saya jalani. Saya sempat ga fokus untuk refleksi karena ruangan sebelah saya masih berisik dengan kelompok yang sedang presentasi. Saya baru bisa mulai fokus setelah saya menutup pintu ruangan tersebut meski suara dari sebelah ruangan masih sedikit terdengar. Perasaan saya cukup bimbang ketika saya mengisi Funeral Request versi saya, pastinya semua orang deg-degan jika disuruh membayangkan upacara kematiannya sendiri. Di sisi lain saya juga merasa cukup lega mengingat di dalam hidup ini pasti kita akan sampai pada fase istirahat abadi dari hidup.

SAM_4873

SAM_4874

MAKAN SIANG di GIOI

Karena waktu makan siang yang sudah dekat, saya pamit ke Tisha untuk makan siang sebentar di sekitar gedung. Cukup susah mencari restauran untuk makan siang di daerah ini yang lebih di dominasi dengan gedung perkantoran. Akhirnya saya memutuskan makan siang di sebuah restauran yang berada di sebrang gedung karena cuma itu restauran terdekat.

Saya langsung di sambut dengan hangat ketika saya masuk ke restauran tersebut. Saya dipersilahkan duduk di sebuah meja yang berada tepat di depan sebuah dinding besar yang penuh dengan hiasan. Pelayan dengan ramah menjelaskan menu makanan yang direkomendasikan kepada saya. Harga makannya cukup pricey yaitu mulai dari harga Rp 80.000,00-Rp 120.000,00. Saya pesan Asian Steak Tartare untuk makan siang karena menu ini salah satu menu yang di rekomendasikan oleh pelayan.

SAM_4879

SAM_4882

Saya sempat kaget ketika pesanan saya datang, isi dari makanan ini berupa daging sapi cincang masak, beberapa helai bunga, taburan buah delima dan beberapa emping yang di hias dengan caramel. Karena saya merasa janggal makan daging tanpa nasi maka saya akhirnya sekalian pesan nasi putih satu porsi. Beberapa saat kemudian seorang pelayan menghampiri saya sambil menerangkan bagaimana cara makan Asian Steak Tartare ini.

Ternyata cara makan Asian Steak Tartare ini memang agak unik. Kita harus memakan campuran daging sapi, helai bunga, dan buah delima bersamaan dengan emping yang sudah di hiasi caramel. Awalnya saya takut rasanya campur aduk tak terbayangkan, eh ternyata rasanya tuh enak bangetttt! Saya sampai ketagihan gitu makannya. Rasa gurih dagingnya bercampur dengan rasa manis segar buah delima, kemudian disusul dengan rasa gurih manis emping yang dibalut dengan caramel. Rasanya saling susul menyusul namun menciptakan rasa gurih manis sedap di lidah saya. Ini benar-benar eating experience yang sangat saya nikmati, salut sama Cheef-nya! Karena saya juga sudah pesan nasi jadi bablas deh saya makan sekalian bersama nasi hehehe, habis itu perut saya kenyang namun dalam kadar yang pas.

Selesai makan, saya dipersilahkan untuk isi kuosioner yang disediakan. Salah satu pelayan sempat nanya tentang pesanan saya dan menanyakan apa yang paling saya suka dari menu makanan yang saya pesan. Saya langsung jawab “Emping Caramel!” ahahahha. Jujur saya paling suka sama rasa emping caramel-nya, rasa gurih manis-nya pas dan nagih banget.

Selesai Makan, saya balik lagi ke pameran. Saya ngobrol dikit dengan Tisha sambil menceritakan makanan unik yang saya tadi makan. Kebetulan presentasi kelompok sudah selesai, sehingga saya bisa leluasa keliling pameran sekali lagi. Saya juga lanjut membuat berita duka versi saya sendiri dengan lebih fokus. Saya juga diberikan booklet berisi rangkuman berita duka cita dari para peserta pameran sebelum akhirnya saya pulang, it was really nice souvenir. Saya bisa mengenal mereka secara singkat melalui rangkuman berita duka cita mereka masing-masing.

SAM_4907

Sering kali kita menganggap sebuah kematian sebagai sesuatu yang negatif. Sama seperti Lala Bohang, saya selalu percaya bahwa kematian adalah sebuah fase istirahat total tanpa batas dari hidup. Sebagaimana sebuah kehidupan, sebuah kematian pun seharusnya bisa dirayakan dengan baik sesuai keinginan dan selera. Kalau seandainya tidak ada kematian, hidup abadi mungkin terasa lebih menakutkan dan membosankan. Pameran ini sekaligus menjadi refleksi bagi saya dalam menjalani hidup ke depannya sebelum akhirnya saya menghadapi kematian. Kematian pada akhirnya menjadi bahan refleksi mau ke arah mana hidup ini kita lanjutkan sebelum hidup itu sendiri berakhir.

Saya pulang siang itu dengan perasaan yang puas. Saya benar-benar menikmati pameran yang saya kunjungi. Pergi ke pameran seperti sebuah terapi tersendiri bagi saya apalagi saya senang menikmati sebuah karya seni. Anggota keluarga saya yang lain ga terlalu suka pergi ke pameran seni. Selama ini saya lebih sering ke pameran sendiri atau bersama beberapa teman dekat saya yang juga penikmati seni atau illustrator. Setelah mengikuti pameran tersebut saya juga ikutan buat berita duka cita versi saya. Perasaan saya sebenarnya agak campur aduk ketika menuliskan berita duka cita versi saya sendiri, namun juga ada perasaan bahagia dan lega karena pada akhirnya saya juga akan dikenang oleh orang-orang terdekat saya. Saya harap post kali ini juga menginspirasi pembaca sama seperti pameran tersebut juga menginspirasi saya. See you on my next post readers!

Funeral Letter

Today, I lost the love of my life, a great wife and a mother to my children. I remember the first day we met. We often fought with each other. You were the one with the hard shell. You said to me that you didn’t believe in love and relationship but we also fell in love each other in the end.

First, I could deny how I couldn’t stand your exploding anger, silence, and your stubbornness but then I also couldn’t stand to not fall in love with you. As we married, I have seen you grown beautifully as wife and mother of our child. You always took care of us with love and care. I also became a witness of how you struggle to fight your own demon inside your head. We really had many hard time back then.

I never been so grateful to have someone so lovely like you. You always live with many dreams and hope. You also had a hard time to believe in yourself and all the dreams that you had. You never really realize how beautiful and talented you were. I was glad you didn’t give up on yourself. You were truly inspiring, independent, and strong woman, and I was sad because you never realized that.

I never thought I lost you so quickly. Last night you told me that you really satisfied with your life. You also never though you figured out what you really wanted in your life until now. You said you never though you will married and have two handsome sons and grand children. We really had a nice time last night talking about our marriage and life. You said to me thank you and I love you several times. I never knew it was your last sentences for me.

And here I am with our children and grand children are standing in your funeral. My heart is broken seeing you leave. I also happy that you can rest peacefully now. Rest in peace my love. I love you so much. Farewell my love, till we meet again in heaven.

Your Husband

Remember me as a daughter, a co-worker, a wife, a mother, a lover and a child in her own world of imagination.

-M.D

FOR MORE INFORMATION

Exhibition info : @suarartspace

GIOI RESTAURAN

Senopati Raya no. 88, Jakarta

website : gioijkt.id

Instagram : @gioijakarta

NOTE

This is NOT a Sponsored Post. All things that are written in this blog post are my own opinions and my honest experience. Do not copy my blog or my photos, if you want to use my blog or my photos please ask my permission by email and credit the copy page or image back to my blog.

2 thoughts on “Life After Death is a Good Life”

  1. Hi kak Mona! Sebelumnya salam kenal ya, ini kunjungan pertama (:

    Kematian ini topik yang paling kuhindari. Selain takut, nggak berani aja membayangkan kalau nanti udah nggak ada di dunia ini lagi. Tapi setelah baca ini, malah jadi terinspirasi yah. Justru membuat kita makin semangat untuk menjalani hari selama masih bernafas. Aku juga pernah mikir sih, kalau nanti aku nggak ada, orang lain mengingat aku sebagai apa? Karya apa yang udah aku tinggalkan? Jasa atau bantuan apa yang udah aku berikan? Dll.

    Thanks for writing this. Keep inspiring ya!

    Cheers,
    Jane

    1. Halo Jane! Salam kenal juga ya. Sama kayak kamu, aku dulu juga takut mikirin kematian tapi sebenarnya pasti setiap kita akan menghadapi kematian. Baru setelah pameran ini aku lebih banyak liat sisi positif dalam akhir hidup juga yaitu jadi semakin menghargai hidup yang dijalani sekarang. Ketika kita pergi, kita pasti akan dikenang oleh orang-orang terdekat kita. Terima kasih sudah mampir ke blogku 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *